Kuliner berpotensi besar sebagai alat promosi. Kuliner bisa menjadi pendekatan sosial yang efektif. Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata mengajak diaspora Indonesia di berbagai negara untuk mengenalkan makanan Indonesia, sekaligus mempromosikan pariwisata Indonesia.
Ada sejumlah negara yang melakukan pendekatan sosial semacam ini. Amerika Serikat, misalnya, mengenalkan film-film Hollywood, Korea dengan K-Pop, China dengan China Town, serta Thailand melalui restoran Thailand. Dengan cara itu, ketika promosi pariwisata dilakukan, masyarakat setempat sudah mengenal, bahkan tertarik bepergian ke negara asalnya.
Indonesia juga bisa melakukan hal serupa melalui jembatan kuliner. Begitu banyak ragam kuliner di Indonesia, sehingga perlu menentukan makanan nasional Indonesia. Ambil contoh Jepang yang menyebut sushi dan sashimi sebagai makanan nasional, Thailand menyebut tom yam, sedangkan Malaysia menyebut nasi lemak.
Kementerian Pariwisata memutuskan lima makanan yang akan dipopulerkan di setiap ajang promosi pariwisata di luar negeri. Kelima makanan itu adalah rendang, nasi goreng, soto, sate, dan gado-gado. Untuk mempopulerkan wisata kuliner juga harus disiapkan destinasi kulinernya. Destinasi yang ditetapkan adalah Bali, Bandung, serta Yogyakarta, Solo, dan Semarang.
Setelah menetapkan kuliner unggulan dan destinasi kuliner, bagaimana dengan promosinya?
Restoran Thailand ada di mana-mana karena dukungan pemerintahnya. Setiap restoran Thailand yang dibuka di luar negeri akan mendapat dukungan pemerintah berupa dana sekitar Rp 1,5 miliar. Saat ini sudah ada 16.000 restoran Thailand di seluruh dunia.
Pada 2014-2015, Indonesia pernah memberikan insentif pembukaan restoran Indonesia di luar negeri. Namun, langkah itu cukup berat. Anggaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (saat itu), tidak cukup untuk memberikan insentif sebesar itu.
Kementerian Pariwisata memutuskan bekerja sama dengan diaspora yang telah membuka restoran Indonesia di luar negeri. Mereka melakukan pencitraan bersama. Pemilik restoran mempromosikan Wonderful Indonesia dan kelima menu unggulan tersebut, sedangkan Kementerian Pariwisata mempromosikan restoran-restoran tersebut di dalam dan di luar negeri. Selain itu, pemilik restoran dipertemukan dengan pemasok bahan baku di Indonesia dan perbankan untuk menambah modal. Saat ini ada sekitar 100 restoran Indonesia di luar negeri.
Promosi bersama kuliner Indonesia sangat penting. Sebab, popularitas kuliner Indonesia di negara-negara yang sudah mengenal Indonesia bisa tetap terjaga. Di Belanda, restoran Indonesia populer karena nilai-nilai sentimentil dan nostalgia.
Promosi mesti dilakukan dengan menyebut nama-nama makanan unggulan itu sesuai nama aslinya, misalnya rendang tetap sebagai rendang. Lebih menarik lagi, jika di setiap menu ada cerita tentang makanan itu. Dengan demikian, pembaca akan lebih tertarik.
Harus diakui, kuliner merupakan media diplomasi sosial ekonomi paling halus, cepat, berdampak, dan efektif untuk mempopulerkan Indonesia sebagai destinasi pariwisata. Kuliner mempunyai nilai jual tinggi, karena 30-40 persen pengeluaran turis untuk kebutuhan makanan dan minuman.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), bahwa produk domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif Indonesia pada 2016 sebesar Rp 923 triliun. Jumlah ini setara dengan 7,4 persen PDB Indonesia. Kontribusi terbesar PDB ekonomi kreatif Indonesia berasal dari kuliner, yakni sekitar Rp 382 triliun atau sekitar 41 persennya.
Mari kita populerkan kuliner Indonesia. Lidah bergoyang, perut kenyang, hati riang, negara pun ikut senang... (M Clara Wresti)