Keramba jaring apung lepas pantai yang dibangun pemerintah di Pangandaran (Jawa Barat) dan Sabang (Aceh) akan dipindahkan. Dua keramba percontohan itu saat ini rusak karena lokasi penempatannya dinilai kurang tepat.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengemukakan, pemindahan keramba jaring apung lepas pantai itu untuk meningkatkan efisiensi manajemen dan biaya.
“Perlu dicari tim ahli dari perguruan tinggi dan lembaga riset pemerintah. Semua akan dilibatkan,” katanya, di sela-sela Pameran Aquatica Asia & Indoaqua 2018 di Jakarta, Rabu (28/11).
Keramba jaring apung lepas pantai Pangandaran yang dibangun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 April 2018. Keramba jaring apung serupa juga dibangun di Sabang dan Karimunjawa, Jawa Tengah.
Model keramba jaring apung lepas pantai dengan nilai investasi Rp 44,34 miliar per unit itu diadopsi dari teknologi Norwegia. Pengadaannya dilaksanakan BUMN Perikanan, PT Perikanan Nusantara. Saat ini, dua dari tiga keramba jaring apung lepas pantai itu dalam kondisi rusak akibat ombak tinggi perairan.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, pihaknya menunggu kajian tim teknis terkait keramba jaring apung lepas pantai yang rusak. “Saran saya, melihat ombak tahun ini mengerikan, mungkin akan digeser ke tempat yang lebih aman,” ujarnya.
Kolaborasi
Dekan Fakultas Perikanan Universitas Padjajaran Bandung Yudi Nurul Ihsan menyampaikan, proyek keramba jaring apung lepas pantai patut diapresiasi sebagai salah satu terobosan pengembangan budidaya laut. Akan tetapi, pemerintah pusat terkesan berjalan sendiri dalam menentukan spesifikasi dan lokasi keramba jaring apung lepas pantai.
“Perlu inovasi dan kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan. Kita punya lembaga riset dan perguruan tinggi yang bisa dilibatkan untuk menentukan keramba jaring apung seperti apa, lokasi di mana, dan komoditas yang cocok,” ujarnya.
Yudi menambahkan, pembuatan keramba jaring apung lepas pantai seharusnya tidak perlu mengandalkan teknologi dari luar negeri. Di dalam negeri, cukup banyak produsen keramba jaring apung lepas pantai yang menerapkan teknologi maju dengan pasar ekspor. Penggunaan teknologi keramba jaring apung dari Norwegia juga seharusnya didukung dengan proses adaptasi teknologi.
General Manager Aquatec Andi J Sunadim memaparkan, ia pernah mengikuti tender proyek pemerintah untuk pengadaan keramba jaring apung lepas pantai, namun tidak lolos tender karena terganjal persyaratan berupa kewajiban memiliki sertifikasi keramba standar Norwegia.
“(Persyaratan) ini menurut saya aneh, kenapa produk keramba jaring apung yang dibuat Indonesia harus mendapatkan sertifikasi standar Norwegia,” katanya.
Ia menambahkan, keramba jaring apung yang dibuat perusahaan itu selama ini didesain khusus untuk karakter perairan Asia Tenggara. Hingga saat ini pihaknya telah mengekspor keramba jaring apung lepas pantai ke beberapa negara, seperti China, Malaysia, Singapura, Filipina, Maladewa dan Ghana. (LKT)