JAKARTA, KOMPAS - Usaha rintisan digital sektor perikanan terus berkembang, terutama di bidang pembiayaan dan pemasaran produk perikanan. Komoditas perikanan budidaya dinilai berpotensi besar dikembangkan menuju usaha berbasis teknologi dan mekanisasi.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim, di Jakarta, Senin (3/12), mengemukakan, sudah saatnya sektor perikanan masuk ke digitalisasi. Otomasi usaha perikanan akan mendorong transparansi dan kepercayaan atas kepastian usaha meningkat. Upaya digitalisasi juga akan meningkatkan produktivitas sektor perikanan, tanpa khawatir terjadi perampingan tenaga kerja.
“Ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan di sektor perikanan tanpa PHK, seperti di pengolahan dan pemasaran ikan,” kata Halim.
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Soebjakto, revolusi industri 4.0 menuju otomasi usaha perikanan tidak bisa dielakkan lagi. Industri perikanan perlu mempersiapkan diri menghadapi era baru industrialisasi.
Beberapa usaha rintisan digital di sektor perikanan budidaya saat ini mulai tumbuh dengan menawarkan efisiensi produksi, pemasaran, dan permodalan. Di antaranya, teknologi pemberian pakan otomatis dan terhubung ke aplikasi internet. Pola makan yang teratur mendorong pertumbuhan ikan dan udang lebih cepat.
“Budidaya ikan harus memiliki efisiensi tinggi dengan didukung teknologi dan mekanisasi. Mau tidak mau, kita masuk ke era otomasi,” katanya.
Ketua Umum Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (Ispikani), Gellwynn Jusuf, dalam siaran pers menyatakan, perlu kreatif untuk bisnis perikanan. Perguruan tinggi perlu melakukan revolusi pendidikan sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri, serta mengembangkan ekonomi kreatif di sektor kelautan perikanan.
CEO Fish Logistic Indonesia, Bayu Mukti Anggara, mengemukakan, usaha yang dirintisnya mengintegrasikan pengolahan dan logistik perikanan. Pembudidaya ikan dapat menggunakan jasa perusahaan itu untuk mengolah produk ikan yang dihasilkan sebelum dipasarkan. Dengan demikian, produk perikanan yang dijual oleh pembudidaya ikan tidak lagi berupa bahan baku, tetapi sudah memiliki nilai tambah.
Berdasarkam data KKP, nilai ekspor perikanan budidaya tumbuh rata-rata 5,24 persen per tahun selama kurun 2013-2017. Tahun 2017, ekspor perikanan budidaya tercatat 1,83 miliar dollar AS atau naik 13,47 persen dibandingkan 2016. Pendapatan pembudidaya ikan tercatat Rp 3,36 juta per bulan pada triwulan III-2018 atau melampaui standar upah minimum nasional yakni Rp 2,25 juta per bulan.