Kendati harga batubara turun, namun tidak akan berdampak pada kebutuhan transportasi batubara. Sebab, permintaan batubara terus meningkat seiring kebutuhan energi listrik di dalam negeri yang tumbuh.
"Harga batubara memang saat ini turun. Tetapi tidak akan serendah harga tahun 2016. Lagipula, saat ini kebutuhan sangat tinggi mengingat PLN banyak membangun pembangkit listrik di berbagai daerah," kata Direktur Komersial dan Operasi PT Pelita Samudra Shipping Tbk (PSSI), seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, Rabu (5/12/2018).
RUPSLB digelar untuk mendapatkan persetujuan pemegang saham dalam rangka mendapatkan pinjaman jangka pendek dan pinjaman kontingensi total sebesar 12 juta dollar AS dari Citibank NA Indonesia.
"Saat ini kebutuhan operasional sangat tinggi, apalagi kami sedang mendatangkan kapal yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kontrak kerja kami. Pinjaman ini jangkanya sangat pendek, hanya satu tahun," kata Harry.
Dia mengatakan, tingginya permintaan pengangkutan batubara membuat Pelita Samudra Shipping harus menambah armada berupa kapal tunda dan kapal induk Kelas Handymax pada Desember tahun ini.
"Untuk kebutuhan kapal, kami mendapatkan pinjaman jangka pendek sebesar 10 juta dollar AS. Adapun untuk pinjaman kontingensi sebesar 2 juta dollar AS. Pinjaman ini diberikan tanpa jaminan, menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan dan keyakinan institusi keuangan sangat tinggi terhadap prospek kami," kata Harry.
Head of Investor Relation Pelita Samudra Shipping Adi Hartadi mengatakan, kebutuhan energi listrik menunjukkan tren peningkatan yang sangat bagus. Apalagi saat ini pemerintah banyak melakukan pembangunan dan membuka daerah-daerah untuk sentra bisnis, sehingga konsumsi listrik juga meningkat.
"Ada 14 kawasan industri baru yang sedang dibuka pemerintah. Tujuh di barat dan tujuh di timur. Semuanya membutuhkan listrik. Pembukaan kawasan ini di daerah-daerah yang memang membutuhkan transportasi berbasis maritim. Misalnya seperti di Halmahera, Sulawesi, dan sebagainya. Dengan demikian, potensi pasar kami akan tetap bagus 5-10 tahun mendatang," kata Adi.
Untuk tahun 2019, investasi direncanakan sebesar 20 juta dollar AS. Namun apabila situasi dan kondisi ekonomi terus membaik, kemungkinan perseroan akan meningkatkan investasinya hingga 40 juta dollar AS.
"Kalau permintaan tinggi, kami harus membeli kapal baru lagi. Jadi investasinya kami gandakan," kata Adi.
Dengan melihat kondisi yang positif, pendapatan tahun 2019 ditargetkan akan meningkat 25-30 persen. Sedangkan laba bersih sekitar 10-12 persen dari pendapatan. (ARN)