JAKARTA, KOMPAS - Pertumbuhan suplai properti yang sejalan dengan peningkatan harga properti tahun ini mengindikasikan pasar properti mulai stabil. Pengembang properti residensial pun kian memberikan banyak pilihan kepada pembeli.
Ike Hamdan, Head of Marketing Rumah.Com dalam Rumah.com Property Outlook 2019: Pasar Properti Nasional Tahun 2019 akan Lebih Positif,” mengatakan hal itu di Jakarta, Kamis (7/12. Rumah.com juga melakukan survei kepada 1.000 responden dari kanal properti tersebut.
Dari hasil riset Rumah.com, indeks harga properti terus tumbuh hingga triwulan III (Juli-September) 2018. Sempat terjadi pelemahan di awal tahun dengan indeks pada triwulan I (Januari-Maret) 2018 tercatat 104,7 atau turun 0,83 persen dibandingkan triwulan IV-2017.
Pada triwulan II-2018 indeks menyentuh 105,9 atau tertinggi sejak 2015. Pada triwulan III-2018, indeks naik sebesar 2,3 persen dibandingkan triwulan sebelumnya, atau meningkat 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, suplai properti pada triwulan III-2018 mengalami pertumbuhan sebesar 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Peningkatan suplai properti tampaknya merupakan respon penjual terhadap meningkatnya harga properti. Kepercayaan pasar mulai tumbuh menjelang akhir tahun,” kata Ike.
Ia menambahkan,sentimen positif turut ditunjang antara lain kebijakan pemerintah meningkatkan anggaran infrastruktur sebesar 6 persen dari tahun sebelumnya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
“Sejumlah kebijakan lain seperti pelonggaran rasio pinjaman terhadap nilai aset (LTV), serta Program Sejuta Rumah membantu memudahkan masyarakat, terutama kelas menengah dan bawah untuk memiliki hunian," tambah Ike.
Dari aspek pasar, permintaan masih didominasi harga rumah dibawah Rp 700 juta per unit, dengan jangka waktu kredit pemilikan rumah (KPR) 10-15 tahun. “Secara psikologis, masyarakat mencari harga dibawah Rp 700 juta. Permintaan terbesar rumah dengan harga Rp 500 juta-Rp 700 juta,” katanya.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengemukakan, pasar properti dengan segmen menengah bawah masih paling besar. Sedangkan, properti segmen atas dengan kisaran harga diatas Rp 2 miliar memerlukan waktu untuk menjual.
“Segmen masyarakat menengah atas punya uang, tapi soal keberanian (investasi),” katanya.
Ia menambahkan, properti masih akan menarik untuk perbankan. Namun, penyaluran kredit masih didominasi di Pulau Jawa. “Pasar properti di daerah akan tumbuh jika harga komoditas membaik,” katanya.