Setelah sembilan tahun beroperasi secara berbayar, Jembatan Tol Surabaya-Madura atau Suramadu digratiskan dengan peresmian oleh Presiden Joko Widodo, Sabtu (27/10/2018). Penggratisan diharapkan mendorong investasi, menumbuhkan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Madura.
Selama sembilan tahun beroperasi, Suramadu belum mampu menjawab tantangan untuk menggairahkan pembangunan di Madura. Seusai diskusi kelompok terfokus dengan kalangan jurnalis, Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Muh Syarif menerima permintaan wawancara jurnalis Kompas di Bangkalan, Kamis (6/12/2018).
Apa dampak penggratisan Jembatan Tol Suramadu bagi Madura?
Ini perlu segera ditindaklanjuti karena momentum penggratisan ini juga untuk pembelajaran ketika pembangunan itu yang saya rasa belum memberikan pengaruh yang signifikan. Sudah hampir 10 tahun jembatan berdiri, tetapi pengaruhnya kecil. Empat bupati se-Madura harus segera berkomunikasi untuk merebut kesempatan ini. Kalau tidak, kejadian sebelumnya akan terulang kembali. Siklus perencanaan 10 tahun yang ternyata belum menggembirakan bisa berulang. Buat satu terobosan untuk kembangkan potensi yang ada di Madura dan fokus dengan resources base di Madura. Mereka harus melakukan kebijakan investasi yang ramah. Madura harus ramah dengan investasi.
Dampak lainnya?
Oh ya, masalah penyeberangan Ujung-Kamal juga harus diperhatikan. Harus revitalisasi Pelabuhan Kamal agar tidak menjadi mati. Saya berharap ada intervensi dari pusat untuk percepatan pembangunan Pelabuhan Bulupandan. Itu akan bernilai strategis untuk mempercepat pembangunan di Madura setelah penggratisan Suramadu.
Apa kendala yang dihadapi para bupati di Madura sehingga tak bisa bekerja sama?
Saya kira, mereka harus komunikasi. UTM akan jadi bagian itu semua. Masalah apa saja Madura yang ke depan sudah ada kok. Mereka harus ketemu dan dipertemukan. Pembangunan Madura itu kawasan pulau, bukan model per kabupaten. Misalnya, budaya harusnya Visit Madura, bukan per kabupaten. Sebabnya, bertujuan mendorong Madura.
Apa kesamaan potensi Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep?
Jagung, garam, wisata, sapi, tembakau, ikan, dan migas. Saya kira fokus beberapa saja sehingga terasa hasilnya. Contohlah Banyuwangi yang fokus ke wisata, tetapi segenap potensi dikerahkan ke sana. Pengembangan akan cepat jika berbasis yang ada di Madura. Segeralah bangun industri pengolahan jagung, garam, dan ikan sehingga produk dari sini bernilai tambah. Kembangkan wisata Madura dengan konsep syariah atau, ya, silakan bisa didiskusikan. Setelah itu, eksekusi sebab masa konsolidasi pembangunan tidak boleh lama-lama. Para bupati juga harus mendesak pemerintah pusat untuk mendorong pembangunan prasarana nasional di Madura. Masak, sih, dari Rp 420 triliun anggaran infrastruktur tahun ini enggak ada yang ke Madura?