JAKARTA, KOMPAS -- Produksi industri petrokimia dalam negeri berpotensi meningkat seiring bakal dimulainya pembangunan kompleks petrokimia baru di Cilegon, Banten, Jumat (6/12/2018). Selama ini, Indonesia telah menghasilkan beberapa produk industri petrokimia, namun jumlahnya masih belum memenuhi kebutuhan domestik yang cukup besar.
Industri petrokimia merupakan salah satu sektor industri strategis karena dapat menyediakan bahan baku untuk seluruh sektor hilir, seperti industri plastik, tekstil, cat, kosmetik hingga farmasi.
Berdasarkan catatan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), saat ini kebutuhan bahan baku petrokimia dalam negeri mencapai 5,6 juta ton per tahun. Dari jumlah ini, produksi dalam negeri baru dapat memenuhi sekitar 2,45 juta ton per tahun sehingga bahan baku industri petrokimia masih harus diimpor.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono mencontohkan, produk pemecah nafta (nafta cracker) yang saat ini diproduksi di dalam negeri mencapai sekitar 900.000 ton per tahun.
Sedangkan, permintaannya sebesar 1,6 juta ton. Kapasitas produksi pemecah nafta Indonesia tertinggal dari Singapura yang sudah memproduksi 3,8 juta ton dan Thailand 5 juta ton per tahun.
Dimulainya pembangunan komplek petrokimia milik PT Lotte Chemical Indonesia (PT LCI) di Cilegon, Banten, berpotensi meningkatkan kapasitas produksi industri petrokimia dalam negeri.
PT LCI menginvestasikan Rp 53 triliun untuk pembangunan komplek petrokimia tersebut. Pabrik dengan luas area 100 hektare ini memiliki total kapasitas produksi pemecah nafta2 juta ton per tahun. Bahan baku itu selanjutnya diolah untuk menghasilkan 1 juta ton etilena, 520.000 ton propilena, 400.000 ton polipropilena dan produk turunan lainnya yang juga bernilai tambah tinggi.
Produksi PT LCI diproyeksikan untuk memenuhi permintaan domestik maupun global. Pengerjaan proyek pembangunan infrastukturnya diperkirakan bakal menyerap tenaga kerja langsung hingga 1.500 orang dan tenaga kerja tidak langsung bisa mencapai 4.000 orang. Pembangunan komplek petrokimia dijadwalkan berlangsung pada periode 2019 hingga 2023.
"Industri petrokimia sama pentingnya seperti industri baja, sebagai mother of industry. Untuk itu, kita perlu menjaga situasi lingkungan dan iklim usaha yang stabil agar proyek ini berhasil terlaksana dengan baik sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian secara keseluruhan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangan pers.
Airlangga menyatakan, pemerintah bertekad mendorong percepatan pembangunan komplek petrokimia tersebut. Sehingga bisa mendukung pengurangan impor produk petrokimia minimal 50 persen.
“Kami juga berharap agar proyek ini lebih mengutamakan penggunaan komponen lokal. Termasuk tenaga kerja yang akan dilibatkan dalam proyek ini, harus lebih diutamakan dari dalam negeri,” kata Airlangga
Sementara itu, Chairman Lotte Group Shin Dong Bin, menyampaikan, pihaknya berkomitmen untuk turut membantu perekonomian Indonesia agar mampu melompat jauh. Menurut Dong Bin, investasi ini akan menjadi sejarah dalam upaya menumbuhkan industri petrokomia yang berdaya saing global.
“Produk kami dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga bisa mengurangi impor senilai Rp 15 triliun,” ujarnya.