Kawasan Candi Borobudur di Jawa Tengah berpotensi dikembangkan sebagai wisata nomadik, baik untuk generasi milenial maupun untuk kelas atas. Terkait hal itu, Badan Otorita Borobudur yang mengelola kawasan wisata Borobodur seluas 309 hektar, pekan lalu, menandatangani kerja sama dengan Perum Perhutani untuk membuat kemah mewah atau glamping (glamorous camping) di kawasan tersebut.
”Kami bekerja cepat membuat glamping di Bukit Menoreh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kawasan yang kami kelola bukan di kawasan candinya, tetapi kawasan di luar candi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan bersama Borobudur,” kata Direktur Utama Badan Otorita Borobudur Indah Juanita, dalam Car Free Day Pesona Borobudur, Minggu (9/12/2018), di Jakarta.
Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Rizky Handayani mengatakan, wisatawan milenial akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama. "Pada 2019, lebih dari 50 persen pasar pariwisata Indonesia sudah didominasi milenial. Jadi pengembangan wisata kita juga harus menyasar mereka," kata Rizky.
Dia menambahkan, sekitar 57 persen wisatawan di Asia berusia 15-34 tahun.
Generasi milenial di China mencapai 333 juta orang, Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta, sedangkan Indonesia 82 juta orang.
"Jumlah milenial kita yang besar itu membuat banyak negara, seperti Korea dan Jepang, mulai menyasar pasar milenial Indonesia. Kita tidak boleh kecolongan dalam mengantisipasi potensi wisatawan milenial tersebut,” kata Rizki.
Mengenai wisata nomadik, Menteri Pariwisata Arief Yahya meyakini konsep wisata nomadik sangat cocok untuk diterapkan dalam pengembangan pariwisata. "Konsep wisata nomadik akan menjadi solusi dalam hal amenitas. Wisata nomadik akan menjadi solusi sementara sebagai solusi selamanya," ujar Arief.
Wisata nomadik adalah segala aktivitas atau bisnis yang terkait gaya hidup dan budaya berpindah-pindah seperti menggunakan kemah mewah dan karavan sebagai fasilitas akomodasi.
Dia mengatakan, dengan wisata nomadik, maka investor tidak perlu banyak pertimbangan dibanding dengan membangun sebuah hotel yang permanen. Dengan amenitas yang mudah dibangun, maka akan sangat mudah juga untuk dipindah jika tidak cocok di suatu spot destinasi wisata.
Selain itu pasar dari wisata nomadik ini juga besar. Untuk pasar domestik diperkirakan ada 21 juta orang dan untuk wisman (wisatawan mancanegara) total ada 30 juta yang menginginkan konsep wisata nomadik. Jadi pasarnya besar," ujar Arief Yahya. (KRN)