Perusahaan Properti Cari Dana Ekspansi di Pasar Modal
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua perusahaan properti, yakni PT Urban Jakarta Propertindo Tbk dan PT Mega Satria Kencana Tbk, berencana menggunakan seluruh dana hasil penawaran saham perdana di pasar modal untuk ekspansi pengembangan properti. Meski demikian, perusahaan tetap butuh aliran kredit dari perbankan untuk proses pembangunan.
Kedua perusahaan resmi melakukan penawaran saham perdana (IPO) saat pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (10/12/2018). Dari hasil IPO ini, Urban Jakarta Propertindo yang berkode emiten URBN menargetkan perolehan dana segar mencapai Rp 430 miliar. Adapun Mega Satria Kencana (SOTS) optimistis meraup dana Rp 66 miliar.
Sekretaris Perusahaan Urban Jakarta Propertindo Tri Rachman Batara mengatakan, mayoritas dana tersebut tidak akan dikeluarkan sekaligus karena mereka memiliki beberapa skema. Mereka akan menggunakan dana tersebut untuk mengakuisisi lahan secara bertahap dan sah menurut hukum.
”Sekitar Rp 220 miliar akan kami alokasikan untuk akuisisi lahan untuk pengembangan hunian berkonsep transit oriented development,” ujarnya.
Akuisisi lahan yang menggunakan sekitar 51 persen dari target perolehan dana IPO akan dilakukan di wilayah Jakarta; Tangerang, Banten; serta Bogor, Depok, dan Bekasi di Jawa Barat. Sementara itu, 31 persen dana akan digunakan untuk belanja modal dan pengembangan, sedangkan sisanya 18 persen digunakan untuk modal kerja
Adapun, jumlah saham yang dilepas Urban Jakarta sebanyak 360 juta lembar saham atau setara dengan 11,24 persen dari modal disetor. Mereka menawarkan saham tersebut pada harga Rp 1.200 per lembar sahamnya. Pada pencatatan perdananya, saham URBN langsung melonjak hingga 50 persen menjadi Rp 1.800 per lembar sahamnya.
Pada kesempatan yang sama, Komisaris Utama Mega Satria Kencana Herman Herry Adranacus mengatakan, tujuan IPO adalah membuka jalur pendanaan yang lebih luas untuk ekspansi. Dalam jangka pendek, perusahaan menargetkan pembangunan hotel baru di wilayah Bali, NTT, dan Jakarta.
Untuk pengembangan hotel di ketiga lokasi tersebut, lanjut Herman, perusahaan membutuhkan dana Rp 300 miliar. Dana dari IPO baru dapat menutupi sekitar 22 persen dari kebutuhan tersebut. Sementara sisanya akan dipenuhi dari fasilitas pinjaman kredit perbankan.
”Dana pinjaman yang ditargetkan perusahaan untuk menutupi sisa dari total investasi sebesar Rp 234 miliar, akan dipenuhi secara bertahap melalui pinjaman kredit perbankan selama 2-3 tahun,” ujarnya.
Pada tahun 2020, Herman menargetkan Satria Mega Kencana akan melakukan ekspansi di NTT dengan menghadirkan 300 kamar. Herman mengatakan, di kawasan Labuan Bajo, pihaknya telah memiliki lahan seluas 30 hektar, sementara di Kabupaten Sumba Barat sebesar 150 hektar, dan di Kabupaten Ende sekitar 1,5 hektar.