Terapi Permanen dengan Kertas Semen
Kematian suami membuat Ermien Setyawati depresi. Tiga tahun tak berani keluar sendiri. Pencerahan datang lewat kreativitas. Kesendirian berubah jadi ketenteraman. Dia bahkan mendapat Anugerah Pahlawan Ekonomi dari Pemerintah Kota Surabaya karena ketekunannya.
Perempuan dengan enam cucu ini kemudian membuat "lompatan" kehidupan tahun 2011. Ketenteraman diwujudkan dengan kesadaran bahwa dia harus membuat sesuatu; produk bernilai tambah sekaligus terapi depresi. Kebetulan, para tetangganya di Semolowaru, Kota Surabaya, Jawa Timur, merupakan pegiat lingkungan hidup. Ermien ‘berguru’ membuat pernak pernik dari sampah botol dan plastik.
Setelah tahu dan penasaran, Ermien mendaftar untuk mengikuti pelatihan keterampilan yang digelar Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur. Di loka karya, perempuan kelahiran Madiun 30 Mei 1954 ini segera jatuh hati dengan kreasi dari kertas semen. Dalam pelatihan sehari itu, dia mempelajari karakteristik kertas semen, lalu teknik perawatan, pewarnaan, pemolaan, pemotongan, dan pembentukan. "Yang dasar-dasar dahulu," ujarnya saat ditemui di Surabaya, awal November 2018.
Pelatihan serupa ternyata berlangsung setiap bulan. Ermien beberapa kali mengikuti loka karya untuk menambah pengetahuan, tetapi fokus pada kreasi kertas semen. Keterampilan yang didapat segera diwujudkan dengan membuat tas, dompet, bunga, dan lukisan dengan semangat coba-coba. Kertas semen diperoleh dari tetangga atau warga kampung yang sedang memperbaiki rumah atau dari toko bahan bangunan.
Proses
Kertas semen dibersihkan. Jika perlu, kerta dibersihkan dengan dilap, lalu dibuat jumput dengan ikatan-ikatan. Lalu, kertas direbus untuk pewarnaan. Ermien memilih daun, bunga, akar, kulit kayu, tanah, sebagai bahan alami untuk peronaan daripada yang kimia. Perebusan dan pewarnaan sekitar sepuluh menit. Kertas diangkat, dikeringkan, ikatan dibuka, dijemur, dan diseterika.
Setelah itu, pola dibuat, kertas dipotong-potong. Kertas pola kemudian dilem dan dijahit. Hasilnya, jadi tas dan dompet. Untuk membuat bunga perlu proses lebih lama yang menuntut ketelitian serta ketekunan. Produk dijual dalam rentang harga Rp 10.000 sampai Rp 250.000 untuk jenis keplek, bunga, dompet, dan tas.
Produk dijual secara konvensional, tersebar dari mulut ke mulut. Ermien awalnya menawarkan suvenir ke tetangga. Selain itu, karena cendera mata dikerjakan sendiri atau setidaknya dibantu satu-dua tetangga, kuantitas tidak melimpah. Ermien belum memerlukan toko pamer untuk memajang seluruh produk yang diberi merek "ESM Collection" itu. Cendera mata dapat dilihat dan dibeli secara terbatas ketika ada pameran usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang kebetulan diikuti oleh Ermien.
Pelan tetapi pasti, ESM Collection mendapat tempat di hati konsumen penyuka cendera mata berbahan kertas semen. Tawaran atau pesanan datang bertubi-tubi bahkan dengan permintaan kapasitas yang relatif banyak. Ermien tidak menyanggupi, tidak tergoda untuk membuat produk dalam skala pabrik. "Membuat kreasi dari kertas semen merupakan terapi saya untuk mengatasi depresi," katanya.
Secara terbatas, Ermien sebenarnya menawarkan keotentikan dan kedekatan antara suatu produk dan pembuat. Produk dibuat dengan tangan, kaki, yang mengandung aliran darah serta amat mungkin suasana batin si kreator. Kesempurnaan suatu produk buatan tangan adalah otentik atau tiada duanya. Bahkan, cacat minor seperti jahitan melenceng, tetesan warna yang tak terhapus, lubang mikro yang hanya dapat dilihat oleh "penggila" yang teliti terkadang merupakan ciri khas yang tak ternilai.
Batik
Dengan tekun memelihara kualitas produk buatan tangan, Ermien seolah sedang menjalani sikap bersahaja. Dia juga membuka diri dengan kesediaan membantu mereka yang datang dan ingin berlatih atau belajar bersama berkreasi dengan kertas semen. Selain memproduksi cendera mata, Ermien membuka pelatihan sederhana. Ilmu yang didapat tujuh tahun lalu dan telah dikembangkan bisa ditularkan dan kian mekar bersama orang lain.
Ketelatenan dan keyakinan bahwa berkarya merupakan terapi merupakan dedikasi dalam kehidupan. Oleh karena itu, tahun lalu, Ermien mendapat Anugerah Pahlawan Ekonomi dari Pemerintah Kota Surabaya. Penghargaan membuat Ermien merasa senang, bangga, sekaligus terharu. "Saya seakan ditantang oleh Ibu Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini) untuk membuat produk lainnya yang unik," katanya.
Sebagai pemenang program Pahlawan Ekonomi, Ermien mendapat kontrak bernilai jutaan rupiah. Dia ditantang membuat kreasi baru. Pilihan selanjutnya ialah membatik. Ermien ingin cendera mata ESM Collection juga ada nuansa batik pada keplek, dompet, dan tas. Selain itu, lukisan.
"Saya belajar membatik di ke Putat Jaya," kata Ermien. Putat Jaya merupakan Kampung Batik yang sebelumnya adalah kompleks Gang Dolly. Dalam empat kali pelatihan, Ermien menjadi terampil membatik di kertas semen yang tidak jauh beda dengan kain.
Kertas semen yang sudah dibersihkan lalu digambari motif atau sketsa. Selanjutnya, pencantingan atau penutupan motif dengan cairan malam (lilin). Setelah lilin kering, kertas masuk tahap pewarnaan dengan bahan alami. Untuk menghilangkan malam (disebut dilorot), kertas semen tak perlu direbus, tetapi diseterika. Kertas semen lalu jadi “kain batik” yang siap dijadikan produk atau dipigura sebagai lukisan.
Salah satu produknya, yakni tas batik, sempat dibeli oleh Wali Kota Liverpool Joe Anderson. Saat itu, sang liverpudlian (orang Liverpool) berkunjung ke Surabaya dalam rangka kerja sama program kota kembar. Kota Merseyside itu punya sejumlah kemiripan dengan Surabaya, antara lain pengembangan sepak bola dan ekonomi kreatif. Tas batik buatan Ermien jadi salah satu cendera mata pilihan Anderson.
Ermien sebenarnya tidak menyangka buah menjalani terapi turut memberi manfaat ekonomi. Dalam sebulan, Ermien rata-rata menikmati Rp 5 juta keuntungan bersih dari cendera mata. Namun, yang lebih bernilai adalah ketentraman dan kebahagiaan mengisi hari-hari di Semoloro Waru Blok AF itu. "Kreasi dari kertas semen telah mengubah hidup saya menjadi lebih baik," katanya.