JAKARTA, KOMPAS - Kebutuhan talenta dalam bidang sains data diperkirakan makin besar ke depan. Hal itu didorong oleh terus meningkatnya volume data dan penggunaan teknologi kecerdasan buatan yang semakin diperlukan. Saintis data berperan menggunakan teknologi itu dan mengolah data menjadi informasi yang berguna.
"Ke depan, ukuran volume data akan semakin besar. Data tidak hanya bersumber dari sistem informasi, tetapi juga media sosial dan alat sensor, seperti CCTV. Untuk mengolah dan memahami semua data itu diperlukan teknologi kecerdasan buatan dan saintis data," kata Yudho Giri Sucahyo, Associate Professor dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia di Jakarta, Minggu (16/12/2018).
Ia menambahkan, data kini tidak hanya dalam bentuk terstruktur yang mudah diklasifikasi, tetapi juga tidak terstruktur seperti foto, video, dan suara. Menurut Yudho, saintis data paham tentang bisnis, ilmu matematika, dan teknologi informasi. Namun, saat ini, kemampuan itu sulit ditemukan di pasar tenaga kerja.
Berdasarkan laporan 21st CEO Survey oleh PwC, para CEO memandang ketersediaan talenta merupakan salah satu ancaman utama bagi perusahaan ke depan. Diperkirakan, seorang saintis data dapat digaji hingga 125.000 dolar AS di luar negeri atau setara Rp 1,8 miliar per tahun.
Ada pula laporan The Digital Workforce of The Future oleh Linkedin yang mengungkapkan tiga keterampilan yang paling populer pada 2017, yakni yang terkait dengan kecerdasan buatan, big data, dan cloud computing.
Daniel Surya, CEO WIR Group, perusahaan pengembang produk teknologi, menekankan pentingnya bagi perusahaan untuk betul-betul menggunakan teknologi yang relevan terhadap kebutuhan pasar.
"Banyak perusahaan belum mengerti tentang konsep teknologi itu sendiri sehingga tidak memberikan arahan yang tepat kepada para ahli teknologi yang mereka rekrut," tutur Daniel.
Untuk itu, sebelum membangun atau menggunakan suatu teknologi, perusahaan perlu betul-betul memahami kebutuhan pasar. "Teknologi itu percuma digunakan apabila tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat," kata Daniel.
Ia juga berpendapat, kebutuhan saintis data akan semakin besar ke depan, mengingat kecenderungan global yang semakin menuntut perusahaan untuk membuka akses sejumlah datanya kepada publik. "Ke depan, saintis data tidak hanya mengurus data perusahaannya saja, tetapi juga harus menganalisis data dari luar," ujar Daniel.