Kehadiran teknologi digital saat ini mampu membantu siapa pun menjadi wirausaha. Sekalipun tidak memiliki toko, gerobak penjualan, warung, atau restoran besar, semua orang bisa mengenal produk yang ditawarkan hanya dalam genggaman telepon seluler pintar. Tinggal klik, usaha pun berputar.
Wirausaha yang sudah ada pun juga harus mengikuti tren kemajuan zaman di era digital ini. Mereka tidak boleh kalah bersaing dan cepat puas dengan hasil yang segitu-segitu saja. Apa pun usahanya, meskipun dimulai dari produk yang kecil dan dianggap biasa saja, jangan menyerah untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Pesan itu muncul dari Seminar Pariwisata dan Industri Kreatif di Era Digital yang digelar di kawasan Gong Perdamaian, Kota Denpasar, Bali, Sabtu (15/12/2018). Acara tersebut merupakan rangkaian ajang Sampoerna Entrepreneur Training Centre (SETC) Expo 2018.
“Mari berpikir positif. Tidak selamanya telepon seluler itu berdampak buruk. Asal bisa menggunakan dengan cara yang semestinya, manfaat akan datang,” kata Gibran Rakabumi, pemilik aplikasi Madhang dan Markobar, yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar itu.
Anak sulung Presiden Joko Widodo itu menceritakan singkat bagaimana dirinya mengawali Markobar, bisnis kuliner martabak, dalam satu gerobak setiap malam. Melalui teknologi digital dengan memanfaatkan aplikasi yang telah ada, Markobar menjadi dikenal dan terkenal. Sekarang, ia memiliki 33 outlet di sejumlah kota di Indonesia.
“Jangan pernah malu dan ragu untuk memulai usaha sekecil apa pun. Dan jangan pernah meremehkan sesuatu yang kecil itu setelah dimulai karena sesuatu yang kecil bisa menjadi besar dengan strategi yang benar,” ujar Gibran memberi pesan kepada peserta.
Sukses di Markobar, Gibran memulai pembuatan aplikasi Madhang. Aplikasi ini khusus dibuatnya untuk ibu-ibu rumah tangga. Ia merasa ibu rumah tangga juga memiliki peluang yang sama untuk berwirausaha. Menurut dia, aplikasi ini fleksibel untuk para ibu yang mungkin hanya di rumah saja sambil mengurus anak.
“Nah, Madhang ini berupaya membantu para ibu jika ingin berusaha kuliner rumahan. Mereka bisa atur promo sendiri, atur harga sendiri, atur kapan mau buka dan kapan mau tutup. Sangat simpel dan fleksibel. Jadi, tidak ada yang tidak bisa dilakukan untuk memulai berwirausaha di sela-sela mengurus anak-anak di rumah,” tutur Gibran.
Pembicara lain, Ahyari dari Good News from Indonesia, memanfaatkan era digital untuk menyampaikan pesan-pesan positif tentang Indonesia kepada dunia. Ia prihatin ketika beberapa kali singgah di mancanegara, warganya tak mengenal Indonesia. Bahkan, mereka kerap juga tak tahu di mana letak Indonesia. Adapun yang mengenal dan tahu Indonesia, tetapi bayangannya adalah negeri yang banyak bencana.
“Sedih rasanya, Indonesia tak dikenal. Padahal, tokoh-tokohnya dan masyarakat Indonesia itu banyak yang keren, sukses, dan menginspirasi. Maka, mari bangun pencitraan yang baik. Era digital yang katanya banyak bikin hoaks itu sebenarnya hanya sedikit. Jadi, ayo lawan dengan segala hal positif,” kata Ahyari.
Dia pun mengajak peserta untuk selalu menyebarkan infomasi positif karena dampaknya luas dan dapat membuat Indonesia menjadi lebih baik. Digital itu jembatan untuk berbagi pengalaman dan menyebarkan pengalaman yang baik. “Ikuti yang baik dan buang yang hoaks. Sukses itu berawal dari pemikiran dan perilaku positif, begitu pula memanfaatkan teknologi,” ujarnya.
Narasumber lain dalam seminar itu, Wali Kota Denpasar Rai Mantra Dharmawijaya, mendukung sepenuhnya kebangkitan wirausaha muda. Ia juga mendorong agar anak muda Denpasar mencontoh kisah sukses wirausaha muda seperti Gibran dan remaja lainnya.
“Mendengar kisah sukses Gibran, seharusnya anak muda Denpasar meniru dan tak perlu malu. Teknologi begitu cepat berkembang. Pemerintah pun mau tak mau harus ikut maju. Makanya, Pemerintah Kota Denpasar terus membangun smart city yang tentu saja berbasis teknologi,” kata Rai Mantra.
Berdasarkan data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Kota Denpasar, pada tahun 2013, jumlah UMKM tercatat sebanyak 11.575 usaha yang kemudian meningkat menjadi 11.877 usaha pada tahun 2014. Jumlahnya pun terus meningkat hingga kemudian pada tahun 2017 terdaftar sebanyak 30.840 usaha. Jenis usaha yang digeluti meliputi bidang perdagangan, industri pertanian, non-pertanian, serta aneka jasa.
Pameran SETC Expo 2018 juga terus mendorong tumbuh dan berkembangnya UMKM. Ajang itu telah memasuki penyelenggaraan tahun ke-10. Memasuki era digital, UMKM binaan PT HM Sampoerna Tbk tidak boleh ketinggalan.
Sejumlah usaha binaan merintis dan memperbaiki produk yang sangat layak jual, terutama pembelian daring. Selama pembinaan, pendidik dari Sampoerna turut mengontrol kelayakan produk, kualitas, kemasan, hingga pemasaran.
Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna di Pacitan, Jawa Timur, merupakan salah satu dari program Sampoerna untuk Indonesia. Sekitar 30.000 orang menerima manfaat dari program ini.
Hal ini, kata Kepala Hubungan Daerah & CSR Sampoerna Ervin Laurence Pakpahan, merupakan wujud komitmen Sampoerna mendukung pemerintah guna mengakselerasi kemandirian perekonomian nasional dan daerah. Ia berharap program SETC dapat berkontribusi meningkatkan rasio jumlah wirausaha dari saat ini 3,1 persen.
Gibran pun memberi pesan pada akhir seminar, "Ayo, jangan menunda untuk memulai. Semakin muda usia kita memulai usaha, semakin banyak pengalaman dan peluang yang didapatkan."