TEMANGGUNG, KOMPAS — Komunitas Java Temanggung Coffee dari Unit Pengolahan Hasil Rumah Kopi Gesing, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, berencana membuka kafe yang mempekerjakan barista atau peracik kopi dari kalangan penyandang disabilitas intelektual. Para barista tersebut menjalani program pelatihan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual Kartini di Temanggung.
”Khusus di kafe ini, semua warga penyandang disabilitas intelektual akan tampil langsung menjadi barista dan melayani tamu, sedangkan kami dari JTC (Java Temanggung Coffee) akan berperan sebagai pengawas,” ujar Ketua Komunitas JTC Rio Ricardo Sitanggang saat ditemui dalam peluncuran pelatihan keterampilan barista di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini, Senin (17/12/2018).
Kafe tersebut nantinya akan berada di sekitar kompleks kantor BBRSPDI. Selain di kafe tersebut, Rio mengatakan, pihaknya juga akan membantu penempatan para barista dari BBRSPDI agar bisa bekerja di sejumlah kafe di Yogyakarta dan Klaten.
Selama sebulan terakhir, JTC sudah terlibat langsung memberikan pelatihan barista di BBRSPDI. Saat ini, jumlah peserta pelatihan mencapai 14 orang.
Rio menyebutkan, pada dasarnya, materi tentang penyajian kopi bisa diterima dengan baik. Namun, berbeda dengan orang biasa, rata-rata penyandang disabilitas intelektual sulit mengingat dan menanamkan materi yang diberikan secara cepat dan tepat.
”Dengan kondisi tersebut, tenaga pelatih harus bersikap lebih sabar dan sering kali harus memberikan materi yang sama secara berulang-ulang,” ujar Rio.
Selain memberikan pelatihan tentang kopi, lanjut Rio, pihaknya juga akan memberikan pelatihan tentang cara berkomunikasi saat berhadapan dengan tamu. Keterampilan berkomunikasi menjadi bekal yang cukup penting agar mereka bisa diterima bekerja.
Bupati Temanggung M Al Khadziq memuji inovasi pelatihan barista yang dilakukan BBRSPDI dan JTC tersebut. Dalam acara peluncuran, Bupati terkesan melihat tiga penyandang disabilitas yang bisa mempraktikkan cara membuat kopi menggunakan alat-alat yang tersedia.
Dia pun berharap investor yang ingin membuka usaha atau perusahaan di Temanggung melirik berbagai potensi dari penyandang disabilitas intelektual tersebut.
”Dengan keterampilan yang dimiliki, seharusnya penyandang disabilitas intelektual tersebut juga mendapatkan kesempatan kerja yang sama seperti orang normal atau penyandang disabilitas fisik,” ujarnya.
Selain pelatihan barista, BBRSPDI juga melaksanakan berbagai program keterampilan lain, seperti batik, pertukangan, dan menjahit.