Indonesia, China, dan India Kolaborasi Kembangkan Teh
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kerja sama antarnegara produsen teh dinilai penting untuk menggarap pasar teh global. Apalagi, nilai pasar teh global diperkirakan terus meningkat.
”Pasar teh global tahun 2013 sebesar 38,9 miliar dollar AS dan diperkirakan pada 2020 mencapai 47,2 miliar dollar AS,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti di Jakarta, Senin (17/12/2018).
Tjahya mengatakan hal itu pada Asian Tea Conference bertajuk ”Building the Partnership Platform Indonesia-China-India Towards Sustainable Development of Tea Sector and Cooperation Across Asia”.
Pada kesempatan itu, Indonesia Tea Marketing Association (ITMA), China Trade Marketing Association (CTMA), The Indian Tea Association (ITA), serta United Planters Association of Southern India menandatangani nota kesepahaman.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Tjahya mengatakan, Indonesia saat ini berada di urutan ke-12 negara eksportir teh dengan nilai ekspor mencapai 117,96 juta dollar AS pada 2017. ”Kuantumnya sekitar 54.195 ton atau naik 5,6 persen dibandingkan dengan 2016,” katanya.
Menurut Tjahya, Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor teh. Apalagi, di pasar ekspor, teh Indonesia pun dikenal berkualitas baik dengan aroma khas yang disukai masyarakat global.
Menurut Ketua ITMA Cathalia F Randing, penandatanganan nota kesepahaman kali ini diharapkan menjadi langkah awal kolaborasi Indonesia, China, dan India untuk mewujudkan keberlanjutan dan pengembangan sektor teh di pasar global.
Executive Vice Chairman CTMA Wang Qing mengatakan, dua tahun terakhir di China banyak produk teh impor dari banyak negara. ”Tetapi, untuk produk teh dari Indonesia, kami belum begitu mengerti,” katanya.
Terkait dengan hal itu, Wang Qing mengatakan, selain mengunjungi perkebunan teh di Bandung, pihaknya juga akan mendatangi pabrik teh. Ini semua untuk melihat pengelolaan industri teh di Indonesia.
Wang Qing menuturkan, China merupakan pasar besar dengan konsumsi teh mencapai 1,9 juta ton. Impor teh dari Indonesia masih sangat sedikit.
”Statistik dari pihak bea (kepabeanan), teh dari Indonesia yang masuk ke China dari jalur resmi baru beberapa ratus ton,” katanya.
Penandatanganan nota kesepahaman diharapkan akan dapat meningkatkan kerja sama; termasuk dalam hal transfer teknologi, standardisasi mutu; dan promosi pengembangan teh berkelanjutan.
Secretary General ITA Raha Arijit mengatakan, pengembangan teh berkelanjutan berkaitan dengan isu ketenagakerjaan. Sektor teh di India, China, dan India mempekerjakan sekitar 150 juta orang.
Menurut dia, isu penting lain adalah mengupayakan teh dapat terus dikonsumsi generasi mendatang. ”Apalagi, populasi muda yang besar di India, saya rasa di Indonesia juga demikian, menuntut produk yang lebih inovatif,” katanya.
Raha Arijit menilai, perubahan iklim juga menjadi isu penting karena berkaitan erat dengan keberlanjutan perkebunan teh.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.