TANGERANG, KOMPAS – Memasuki liburan panjang Natal 2018 dan Tahun Baru 2019, harga tiket pesawat untuk penerbangan lokal mulai meningkat. Peningkatan harga tiket mulai dari Rp 200.000 hingga Rp 1.000.000.
Meski harga tiket terus meningkat, jumlah penumpang pesawat pada 2018 meningkat 7 persen dibandingkan 2017. Senior Manager of Branch Communication and Legal Bandara Soekarno-Hatta Febri Toga Simatupang menyatakan hal itu kepada Kompas, Selasa (18/12/2018).
Febri menyampaikan, jumlah penumpang pada Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 diprediksi berjumlah 3.739.314 orang. Sementara, jumlah penumpang pada Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 sebanyak 3.511.062 orang. Data itu mencakup penumpang penerbangan domestik dan internasional.
“Prediksi puncak jumlah penumpang terjadi pada 21 dan 28 Desember 2018. Puncak arus balik penumpang diprediksi terjadi pada 6 januari 2018. Tapi kenaikan jumlah penumpang sudah mulai terlihat Jumat lalu,” kata Febri.
Peningkatan harga tiket diperkirakan terjadi hingga puncak arus balik, yaitu pada 6 Januari 2019. Para penumpang yang tidak membeli dari jauh hari harus rela membayar lebih untuk mendapat tiket.
Kenaikan harga tiket menjelang libur akhir tahun dirasakan oleh Yoandli Souhuwat (22). Ia membayar Rp 3,1 juta untuk tiket pesawat dari Yogyakarta menuju Ambon. Tiket itu dibeli pada awal Desember 2018 untuk penerbangan pada 23 Desember 2018.
Ia mengatakan, harga tiket Yogyakarta-Ambon pada akhir November 2018 berada di harga normal, yaitu sekitar Rp 2,5 juta. Namun, sekitar tiga hari kemudian, harga tiket melonjak sekitar Rp 800.000.
“Harga tiket awalnya Rp 3,3 juta. Tapi aku pakai voucer dari Traveloka. Ada potongan sekitar Rp 200.000, jadi harga akhir tiketnyanya Rp 3,1 juta. Tetap mahal sebenarnya,” kata Yoandli.
Maria Fransisca Frizca Febryana (38), penumpang lainnya juga mengalami hal yang sama. Maria membeli tiket dari Batam menuju Jakarta seharga Rp 835.000 yang dibeli pada akhir November 2018 lewat aplikasi Pegipegi.
"Seminggu setelahnya saya membeli tiket lagi untuk anak saya. Harganya sudah naik menjadi Rp 1.195.000. Biasanya harga tiket di hari-hari biasa hanya berkisar Rp 600.000," kata Maria.
Maria dan anaknya memilih penerbangan ke Jakarta pada 25 Desember 2018. Sebab, menurutnya harga tiket pada 21 Desember 2018 sudah terlampau tinggi, yaitu meningkat hingga Rp 1,6 juta.
Selain itu, peningkatan harga tiket juga dialami Herman (47) yang hendak pulang ke Kendari, Sulawesi Tenggara. Tiket dari Jakarta ke Kendari ia beli seharga Rp 2,5 juta. "Ini saya belinya kemarin, kalau di hari biasa, harganya paling sekitar Rp 900.000 hingga Rp 1,1 juta," katanya.
Manager of Branch Communication Bandara Soekarno-Hatta Haerul Anwar mengatakan, pergerakan jumlah pesawat pada periode ini meningkat sekitar lima persen dibandingkan periode normal. Ia mencontohkan, pada periode normal jam operasional pesawat adalah 12 jam per hari. Namun, pada periode libur Natal dan Tahun Baru, jam opersionalnya menjadi 15 jam per hari.
Penambahan jumlah penumpang terjadi karena adanya libur panjang dari Desember 2018 hingga Januari 2019. Selain itu, sejumlah maskapai penerbangan juga membuka rute penerbangan baru, misalnya rute ke Samarinda. Hal tersebut dinilai meningkatkan minat masyarakat untuk berpergian dengan pesawat terbang.
Sejumlah maskapai yang tercatat menambah jumlah rute penerbangan adalah Air Asia dan Jetstar. Jumlah rute penerbangan Air Asia semula adalah 91 rute. Kini, jumlahnya adalah 111 rute. Sementara itu, jumlah penerbangan Jetstar sebelumnya adalah 91 dan kini menjadi 101 rute.
Menurut data PT Angkasa Pura II per pekan lalu, ada 1.393 jadwal penerbangan tambahan yang disiapkan untuk masa libur Natal dan tahun baru. Jumlah itu termasuk dengan 73 penerbangan internasional.
Dalam data tersebut, destinasi populer dalam negeri adalah Surabaya, Denpasar, Kualanamu, Makassar, dan Yogyakarta. Destinasi populer internasional adalah Singapura, Kuala Lumpur, Jeddah, Hong Kong, dan Bangkok.
Layanan bandara
Menjelang Natal dan Tahun Baru, PT Angkasa Pura II juga menyediakan tiga posko. Ada posko utama yang terletak di Terminal 1, serta dua posko lainnya di Terminal 2 dan 3.
Posko utama dan dua posko lainnya akan mulai beroperasi pada 20 Desember 2018 hingga 6 Januari 2019. Pembangunan posko bertujuan untuk memudahkan koordinasi dengan berbagai pihak serta membantu para penumpang.
"Nantinya, di posko akan ada layanan konferensi melalui video yang dapat terhubung dengan Kementerian Perhubungan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta kantor cabang lainnya. Ada juga petugas kami yang siap memberikan informasi," kata Febri.
Selain posko, ada juga Airport Operation Control Center (AOCC) dan Terminal Operation Center (TOC) di Terminal 1, 2, dan 3. Informasi yang ada di AOCC merupakan integrasi dari ketiga informasi dari TOC.
"Fasilitas AOCC dan TOC bertujuan untuk memudahkan pengawasan operasional bandara. Kami bekerja sama dengan stakeholder yang ada, yaitu kepolisian, imigrasi, bea cukai, dan pihak lainnya," kata Febri.
Fasilitas TOC sudah mulai dioperasikan sejak bulan lalu. Sementara untuk AOCC, mulai beroperasi bulan ini. Terdapat sekitar 2.000 kamera pemantau atau closed-circuit television (cctv) yang tersebar baik di sisi darat maupun udara.
Lebih lanjut, Febri menjelaskan, fasilitas AOCC juga berfungsi meminimalisasi terjadinya delay atau penundaan penerbangan. Untuk mengatasi persoalan delay, pihaknya bekerja sama dengan pihak maskapai, otoritas bandara, dan air traffic control (ATC).
"Ketika terjadi delay, kami akan langsung melihat informasi dari TOC yang di terminal-terminal untuk mengetahui penyebab utamanya. Informasi ini berguna untuk mengatur lalu lintas penerbangan berikutnya agar delay tidak berdampak pada penerbangan lain," kata Febri.
Selain itu, Bandara Internasional Soekarno-Hatta juga akan menyediakan program customer happiness. Haerul mengatakan, akan ada program seperti Children’s Christmas Choir, Santa Parade, Photobooth, Live Music Performance, serta pemberian coklat dan bunga kepada para penumpang. (SHARON PATRICIA / SEKAR GANDHAWANGI)