JAKARTA, KOMPAS — Keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah berbagai perhelatan internasional menjadi nilai tambah untuk menarik investasi dan meningkatkan transaksi bisnis di dalam negeri. Daya tarik investasi juga harus diperkuat dengan memberikan kepastian hukum dan kemudahan izin berusaha.
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, seusai pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia, Oktober lalu, beberapa perusahaan dunia menyatakan tertarik berinvestasi di Indonesia. Mereka akan memanfaatkan momentum relokasi investasi jika dinamika perang dagang antara Amerika Serikat dan China terus berlanjut.
Beberapa investasi yang sudah disepakati, kata Luhut, antara lain pengembangan petrokimia di Gresik, Jawa Timur, oleh China Petroleum Corporation Taiwan dengan nilai investasi 6,8 miliar dollar AS. Selain itu, ada pembangunan pabrik perakit elektronik oleh Pegatron Corporation senilai 1 miliar dollar AS dalam tiga tahun.
Indonesia juga membuka peluang relokasi investasi industri baja dengan kapasitas 7,5 ton dalam lima tahun mendatang.
”Investasi ini dibuka untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan yang selama ini menjadi persoalan Indonesia. Tahun depan akan jauh berkurang karena industri tumbuh,” kata Luhut dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (18/12/2018).
Pada 2018, Indonesia menjadi tuan rumah empat perhelatan internasional, yaitu Asian Games, Asian Para Games, Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia, dan Our Ocean Conference. Keberhasilan sebagai tuan rumah menjadi sentimen positif untuk menarik investasi dan menumbuhkan kepercayaan pasar. Pemerintah juga mempermudah masuknya investasi melalui perbaikan sistem single online submission.
Dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia, Indonesia berhasil menyepakati investasi dengan sejumlah investor dalam dan luar negeri. Sebanyak 14 badan usaha milik negara menandatangani perjanjian kerja sama senilai Rp 202 triliun dan PINA Center Bappenas memfasilitasi kerja sama investasi senilai Rp 47 triliun.
Dampak langsung
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang PS Brodjonegoro menuturkan, pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Bali dan nasional. Dampak ekonomi didominasi sektor pariwisata mengingat jumlah peserta yang mencapai 34.761 orang dari 189 negara.
”Jumlah peserta ini terbanyak sepanjang sejarah Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia. Memang penyelenggaraan di kawasan Asia lebih diminati, seperti di Singapura dan Jepang beberapa tahun lalu,” kata Bambang.
Berdasarkan survei Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sekitar 76 persen responden dari peserta mancanegara menyatakan akan berkunjung kembali ke Indonesia di masa mendatang, sementara 95 persen akan merekomendasikan Indonesia sebagai tujuan wisata. Hasil survei itu mengindikasikan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia berpotensi menciptakan wisatawan baru bagi Indonesia.
Dari aspek ekonomi, Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia juga meningkatkan perekonomian Bali Rp 5,49 triliun pada 2017-2018. Dampak ekonomi ini antara lain dari investasi infrastruktur Rp 3,05 triliun dan pengeluaran peserta Rp 582 miliar. Sementara arus devisa yang masuk ke Indonesia selama tujuh hari mencapai Rp 396 miliar.
”Secara akumulatif, Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia ini berkontribusi meningkatkan perekonomian nasional sebesar 0,01 persen dan perekonomian Bali 0,41 persen,” kata Bambang. (KRN)