JAKARTA, KOMPAS--Pemerintah menyiapkan solusi jangka panjang untuk menekan defisit neraca perdagangan. Solusi jangka panjang itu berupa penyelesaian perundingan perjanjian dagang dengan sejumlah negara, dalam rangka meningkatkan ekspor.
Untuk merespons defisit neraca perdagangan yang kian dalam, Selasa (18/12/2018), Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu sejumlah pejabat negara di Kantor Wapres, Jakarta. Mereka antara lain Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Seusai pertemuan, Wapres Kalla, mengatakan, rapat membahas perkembangan perundingan sejumlah rancangan perjanjian kerja sama perdagangan dengan negara lain, terutama Australia, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Dari laporan para menteri diketahui, perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) sudah hampir selesai. Pemerintah optimistis perjanjian IA-CEPA akan ditandatangani paling lambat pada akhir tahun ini.
Sementara, perundingan perjanjian Kemitraan Ekonomi Srategis Indonesia-Uni Eropa (EU-CEPA) dan kerja sama perdagangan dengan AS masih terus dikebut. Pemerintah menargetkan kerja sama dengan dua kawasan itu sudah bisa ditandatangani pada awal 2019.
Percepatan penyelesaian perundingan kerja sama dagang itu merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan. "Langkah yang dilakukan pemerintah (untuk mengurangi defisit) antara lain bagaimana kita masuk dalam pola kerja sama perdagangan yang lebih baik dengan negara-negara lain," tutur Kalla.
Sebelumnya, pemerintah mengesahkan perjanjian kerja sama perdagangan dengan empat negara di Eropa. Saat ini, selain mengejar penyelesaian perundingan kerja sama dagang dengan Australia, AS, dan Uni Eropa, pemerintah juga mulai mengkaji kembali kerja sama perdagangan dengan negara-negara yang merupakan pasar tradisional Indonesia, antara lain Jepang dan sejumlah negara di Eropa.
"Hal itu antara lain cara agar posisi ekspor kita lebih baik. Dengan kemitraan komprehensif, hambatan-hambatan ekspor bisa dikurangi, bahkan dihilangkan," ujar Wapres Kalla.
Faktor eksternal
Pemerintah juga menegaskan, defisit neraca perdagangan tak hanya disebabkan faktor internal, tetapi juga eksternal. Nilai ekspor anjlok karena harga sejumlah komoditas, karet, cokelat, minyak sawit, batubara, dan mineral lain, turun.
"Sebenarnya volume (ekspor) sama, tetapi nilainya turun karena harga-harga komoditas turun," tutur Wapres Kalla.
Pemerintah, lanjut dia, tidak bisa mencegah turunnya harga komoditas. (NTA)