JAKARTA, KOMPAS — Merek lokal semakin menguasai pasar Indonesia. Pada tahun 2000, berdasarkan penelitian Lembaga Riset Pemasaran Mars Indonesia, 60 persen merek asing meraih Indonesia Best Brand Award. Kondisi itu berubah pada 2018, yakni 60 persen merek lokal memenangi penghargaan.
Indonesia Best Brand Award menilai tingkat kepuasan pemakai dan persepsi kualitas produk. Penyelenggaraan penghargaan ini dilakukan setiap tahun.
”Masyarakat Indonesia mulai sadar dan memperhitungkan konten. Merek lokal yang memang kualitasnya bagus akan diapresiasi. Jadi, tidak asal ada ’asing’ lantas cepat diterima masyarakat,” ujar Presiden Direktur Mars Indonesia Asto Subroto, Rabu (26/12/2018), di Jakarta.
Ia menjelaskan, penelitian Mars Indonesia tersebut menyasar sekitar 130 kategori produk. Untuk kategori produk makanan, merek lokal semakin mempunyai pangsa pasar besar di dalam negeri. Sementara pada kategori produk lainnya, seperti berbasis material utama kimin dan sentuhan teknologi informasi komunikasi, merek asing masih dominan di pasar dalam negeri.
Asto berpendapat, upaya membangun kesadaran masyarakat terhadap merek lokal harus dilakukan terlebih dahulu agar produk berhasil memiliki pangsa pasar. Menurut dia, upaya ini berlaku untuk segala bentuk saluran pemasaran ataupun penjualan barang, termasuk di platform daring.
”Kunci kesuksesan pemasaran melalui platform daring adalah kesadaran merek. Kalau mereknya sudah memiliki tingkat kesadaran tinggi, akan lebih mudah ditawarkan lewat penjualan secara daring,” ucapnya.
Asto menambahkan, dalam kasus pembelian barang secara daring, konsumen lebih dulu percaya pada merek platform. Setelahnya, dia mudah percaya pada merek barang dan pedagang yang menjual.
Kunci kesuksesan pemasaran melalui platform daring adalah kesadaran merek. Kalau mereknya sudah memiliki tingkat kesadaran tinggi, akan lebih mudah ditawarkan lewat penjualan secara daring.
Pekan lalu, pada konferensi pers paparan hasil perhitungan kasar Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2018, Ketua Panitia Harbolnas Indra Yonathan menyebutkan, sekitar Rp 3,1 triliun dari Rp 6,8 triliun total transaksi selama 11-12 Desember berasal dari penjualan produk lokal. Penyebutan produk lokal mengacu pada produksi dan merek dalam negeri.
”Kami mulanya hanya menarget nilai penjualan produk lokal sebesar Rp 1 triliun,” ujarnya.
Tema Harbolnas 2018 adalah ”Belanja untuk Bangsa”. Tema ini dipilih untuk mengajak masyarakat mencintai produk lokal. Panitia mendorong 300-an perusahaan peserta Harbolnas yang terutama berlatar belakang sektor pendukung ekosistem e-dagang untuk mematuhi tema itu. Panitia bahkan menetapkan 11 Desember sebagai periode promo Harbolnas khusus merek lokal.
Panitia Harbolnas bekerja sama dengan Nielsen Indonesia untuk menghimpun dana hasil transaksi sehari sesudah periode promo berakhir, yakni 13 Desember 2018. Riset menggunakan metode kuantitatif daring yang menyasar 744 responden di 31 kota. Responden berusia 15 tahun ke atas, perempuan dan laki-laki.
Paling diminati
Beberapa penyedia laman pemasaran, supermarket daring, dan ritel daring menyebutkan, popularitas merek asing tetap lebih unggul di beberapa kategori produk.
Direktur Nielsen Indonesia Rusdy Sumantri mengungkapkan, 56 persen produk lokal yang dibeli berasal dari kategori mode dan pakaian olahraga, diikuti 26 persen kosmetik, dan 12 persen produk perawatan tubuh. Sisanya berupa makanan, buku dan alat tulis, elektronik, serta kebutuhan pokok sehari-hari. Dia tidak mengungkap nama-nama merek secara spesifik.
CEO Zalora Indonesia Anthony Fung menuturkan, merek-merek asing ternama menjadi pilihan paling populer selama periode promo Harbolnas pada 11-12 Desember. Merek-merek asing itu antara lain Adidas, Hush Puppies, Mango, Nike, dan Skechers.
Produk lokal juga dicari. Contoh merek lokal yang paling diminati adalah Gobelini, Palomino, Carvil, dan Berrybenka.
”Selama dua hari promo Harbolnas, provinsi di Indonesia dengan jumlah penjualan terbesar adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” ujar Anthony.
Selama dua hari promo Harbolnas, provinsi di Indonesia dengan jumlah penjualan terbesar adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Chief Executive Officer Blibli.com Kusumo Martanto mengungkapkan, kategori ponsel pintar dan gawai merupakan produk terlaris dibeli selama promo belanja 12.12, dengan merek paling diminati adalah Samsung dan Xiaomi. Di urutan kedua terlaris ialah kategori barang kebutuhan sehari-hari, dengan merek sabun cuci Sunlight, susu SGM, serta minyak goreng Tropical dan Sunco.
Peringkat kelima adalah Blibli Travel. Kemudian, produk terlaris di urutan keenam adalah kategori barang ibu dan anak dengan merek Pigeon. Terlaris ketujuh berasal dari kategori mode dengan merek Fossil dan sepatu lokal Brodo.
Chief Marketing Officer Lazada Indonesia Monika Rudijono mengatakan, selama promo Lazada 12.12 Grand Year End Sale, pelanggan memfavoritkan kategori produk mode, kecantikan, serta ibu dan anak. Untuk produk mode, penjualan produk terbanyak berasal dari merek Converse, Levi’s, dan merek lokal Nah Project.
Dari kategori produk kecantikan, dia mencontohkan penjualan datang dari merek Maybelline, merek lokal Wardah, dan Make Over. Sementara pada kategori kebutuhan ibu dan anak, tiga merek mendominasi penjualan, yaitu Mamypoko, Sweety, dan Fitti.