JAKARTA, KOMPAS-- Pembentukan perusahaan induk BUMN di sektor infrastruktur dan sektor perumahan dapat membuat perusahaan BUMN karya lebih kuat. Dengan kondisi yang kuat, BUMN dapat mengikuti lelang berbagai proyek di luar negeri.
Nantinya, perusahaan BUMN karya juga harus mampu bersaing di tingkat global.
Menteri BUMN Rini Soemarno menyampaikan hal itu di Jakarta, Selasa (25/12/2018). “Selama ini, perusahaan BUMN karya banyak hanya menjadi sub kontraktor dari perusahaan lain. Dengan menjadi perusahaan induk, perusahaan BUMN harus bisa mengikuti tender-tender internasional dan mengerjakan proyek-proyek di luar negeri,” kata Rini.
Menurut Rini, perusahaan induk BUMN di sektor infrastruktur dan sektor perumahan harus bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis dari Korea Selatan dan Jepang. Dengan menjadi perusahaan induk BUMN, maka memiliki kemampuan finansial dan kapasitas lebih besar. Dengan demikian, dapat memenuhi kualifikasi atau persyaratan mengikuti tender berbagai proyek di luar negeri.
“Dengan menjadi perusahaan induk, secara finansial BUMN akan lebih kuat,” katanya.
Selain itu, lanjut Rini, dengan mengerjakan proyek-proyek di luar negeri, tenaga-tenaga kerja Indonesia, termasuk tenaga ahli, dapat memiliki pengalaman mengerjakan proyek di luar negeri. Terkait Peraturan Pemerintah (PP) tentang pembentukan perusahaan induk BUMN di sektor infrastruktur dan perumahan,
Rini memperkirakan, PP baru bisa dikeluarkan pemerintah pada 2019.
Sebelumnya, Kementerian BUMN menargetkan PP mengenai pembentukan perusahaan induk BUMN di sektor infrastruktur dan perumahan dapat dikeluarkan pemerintah pada akhir 2018. Dengan demikian, kedua perusahaan induk BUMN itu dapat menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Mei 2019, bersamaan dengan RUPS tahunan.
Kontrak
Sejumlah BUMN karya sudah mengerjakan proyek-proyek di luar negeri. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, misalnya, telah mengerjakan infrastruktur di 10 negara, antara lain Timor Leste, Malaysia, Filipina, Myanmar, Aljazair, Nigeria, Senegal, Uni Emirat Arab, dan Taiwan.
Wijaya Karya juga mengirim tenaga kerja ke sejumlah negara. Pada 2018, Wijaya Karya mengirim 963 orang.
Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana mengungkapkan, pada 2018, Wijaya Karya mendapat kontrak pembangunan gedung di Senegal senilai kurang lebih Rp 3 triliun. Sebelumnya, Wijaya Karya juga mendapatkan kontrak pengerjaan apartemen di Aljazair, yang saat ini masih dikerjakan.
Tumiyana menambahkan, untuk pengerjaan proyek di luar negeri, ada tenaga kerja terampil dan tidak terampil yang dikirim. (FER)