Industri manufaktur masih menjadi andalan perekonomian nasional. Posisi itu antara lain tercermin melalui kontribusi sektor tersebut terhadap produk domestik bruto atau PDB Indonesia.
Paparan pemerintah pada jumpa pers akhir tahun 2018 Kementerian Perindustrian menyebutkan, sektor industri pengolahan berkontribusi 19,89 persen terhadap PDB nasional. Kontribusi ini tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Subsektor dengan kontribusi terbesar terhadap PDB adalah industri makanan dan minuman (6,34 persen). Selanjutnya, industri kimia (2,98 persen), barang logam, komputer, barang elektronika, mesin, dan perlengkapan (2,16 persen), alat angkutan (1,86 persen), serta tekstil dan pakaian jadi (1,13 persen).
Secara historis, peran sektor industri terhadap PDB pernah mendekati 30 persen. Tak urung, ada pandangan yang mengaitkan penurunan peran sektor industri terhadap perekonomian dengan isu deindustrialisasi.
Sebagaimana dikemukakan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, saat ini ada norma baru. Ada realitas baru yang mau tidak mau harus diterima dalam situasi perekonomian baru, yakni pertumbuhan ekonomi global tidak lagi dua angka. Rata-rata kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian di seluruh negara saat ini ada berkisar 17 persen. Merujuk data World Bank 2017, Kemenperin mencatat lima negara yang sektor industrinya mampu menyumbang di atas rata-rata. Lima negara itu adalah China (28,8 persen), Korea Selatan (27 persen), Jepang (21 persen), Jerman (20,6 persen), dan Indonesia (20,5 persen).
Era harga komoditas yang melambung pernah melenakan. Namun, mulai tumbuh keinginan memperkuat sektor manufaktur. Penguatan sektor manufaktur merupakan hal yang logis karena harga produk relatif tak akan mudah bergejolak. Kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan hanya berwujud komoditas mentah.
Apalagi, produk hasil olahan memiliki nilai tambah. Proses pengolahannya menyerap tenaga kerja.
Indonesia berupaya memperkuat sektor industri melalui program Making Indonesia 4.0. Lima sektor industri yang selama ini memiliki kontribusi penting bagi perekonomian, akan mendapat prioritas untuk diimplementasikan.
Melalui penerapan teknologi era revolusi industri keempat atau industri 4.0 tersebut, Indonesia berharap bisa masuk dalam daftar 10 negara ekonomi terkuat dunia pada 2030.
Hingga kini, sektor manufaktur merupakan kontributor terbesar terhadap perekonomian. Namun, tetap terbuka peluang untuk memperbesar kontribusi tersebut, sejauh semua pemangku kepentingan serius menggapainya. (C Anto Saptowalyono)