JAKARTA, KOMPAS — Arus masuk modal asing di pasar saham dan pasar surat utang negara diprediksi akan mendorong surplus neraca pembayaran. Modal asing yang masuk dengan deras turut menopang indeks saham hingga akhir tahun.
Surplus juga diharapkan berdampak pada nilai tukar rupiah.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (26/12/2018) ditutup pada level 6.127,85 atau melemah 0,58 persen. Adapun nilai tukar berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin sebesar Rp 14.602 per dollar AS.
Analis PT BNI Sekuritas, Wiliam Siregar, memprediksi IHSG akan stabil di kisaran saat ini sampai dengan hari terakhir perdagangan tahun ini, yakni Jumat (28/12/2018).
Secara historis sejak 2010, investor asing akan mengakumulasi pembelian menjelang libur akhir tahun. Akan tetapi, IHSG terkoreksi kinerja pasar modal Amerika Serikat yang anjlok dalam sepekan terakhir.
Tiga indeks utama pasar modal AS anjlok dalam sepekan terakhir, sehari sebelum Bank Sentral AS, The Fed, mengumumkan kenaikan suku bunga acuan, Selasa (18/12/2018), hingga penutupan perdagangan Senin (24/12/2018).
Selama rentang waktu tersebut, indeks S&P 500 terkoreksi 7,66 persen, Dow Jones melemah hingga 7,95 persen, dan indeks Nasdaq terkoreksi paling dalam, yakni 8,71 persen.
Menurut catatan Bursa Efek Indonesia, sejak awal 2018 hingga Rabu, investor asing masih membukukan penjualan bersih sebesar Rp 51,63 triliun. Adapun sejak awal tahun ini, IHSG terkoreksi 3,58 persen.
William menambahkan, pergerakan IHSG dalam dua hari menjelang pergantian tahun akan didukung langkah investor dalam negeri yang beramai-ramai masuk ke pasar saham. Sementara, investor asing sudah mulai mengakumulasi pembelian sejak awal November.
Bank Indonesia (BI) mencatat, sepanjang November, aliran modal asing yang masuk ke seluruh pasar keuangan domestik sebesar 7,9 miliar dollar AS. Dana ini masuk ke semua jenis instrumen, mulai dari surat berharga negara (SBN), surat utang negara (SUN), pasar saham, hingga pasar obligasi.
Menopang
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Faisal menilai aliran modal asing yang masuk ke Indonesia melalui berbagai instrumen, termasuk penerbitan obligasi global, akan menopang surplus neraca pembayaran pada triwulan IV-2018.
Namun, dia memprediksi surplus neraca pembayaran tidak terlalu tinggi, tidak lebih dari 500 juta dollar AS. Nilai ini lebih kecil dari surplus neraca pembayaran pada triwulan IV-2017 yang sebesar 974 juta dollar AS.
”Surplus lebih kecil dari tahun sebelumnya karena transaksi berjalan hampir dipastikan bakal mengalami defisit yang kian melebar,” ujarnya.
Faisal memprediksi, transaksi berjalan triwulan IV-2018 defisit 10 miliar dollar AS.
Transaksi berjalan triwulan III-2018 defisit 8,846 miliar dollar AS.
Defisit transaksi berjalan, kata Faisal, didorong laju impor yang kian tinggi, sedangkan ekspor tetap lemah—meskipun meningkat—karena kondisi global yang melandai dan harga komoditas yang turun.
Menurut Faisal, belum ada faktor lain yang cukup kuat untuk memicu rupiah kembali ke arah tren penguatan pada akhir tahun ini.