Berhenti berinovasi akan membuat usaha mandek. Usaha yang berhenti berinovasi, karena merasa puas dengan pencapaiannya, akan tergopoh-gopoh saat sedikit saja terusik. Jika kesadaran untuk berubah segera datang, inovasi yang dilakukan dengan cepat dan tepat akan menyelamatkan usaha itu. Bahkan, bisa tumbuh melebihi usaha lama.
Sebaliknya, jika kesadaran untuk harus berinovasi datang terlambat, yang terjadi, akan jauh tertinggal. Bukan hanya tertinggal dari pelaku usaha baru, namun juga tertinggal dari pelaku usaha lama yang tak henti berkreasi.
Inovasi dan kreativitas yang memudahkan dan bermanfaat akan laris-manis dibeli atau digunakan masyarakat. Namun, mengutip Scott Galloway dalam bukunya the Four, ada juga inovasi yang berhasil membuat perusahaan menempatkan diri pada posisi atas. Inovasi itu dalam hal teknologi.
Dalam buku itu, Galloway menceritakan empat perusahaan yang berhasil mendobrak kemapanan bisnis dengan menawarkan inovasi dan kreativitas yang menarik dan berguna bagi masyarakat. Keempat perusahaan yang disebut sebagai Empat Besar tersebut adalah Amazon, Apple, Facebook, dan Google.
Ada sejumlah perusahaan yang berpeluang menyusul empat perusahaan itu, yakni Alibaba, Tesla, Uber, Walmart, dan Microsoft.
Di Indonesia, industri digital menarik bagi semua kalangan. Kemudahan, praktis, dan murah -pada situasi tertentu- menciptakan daya tarik baru. Iming-iming uang kembali dalam jumlah tertentu dan diskon bagi pengguna sistem pembayaran yang disediakan aplikasi tertentu, menambah daya tarik itu.
Namun, daya tarik bagi satu orang berbeda dengan orang yang lain. Sebab, kebutuhan dan prioritas setiap orang berbeda-beda.
Penggunaan aplikasi jasa yang kian bervariasi memberi pilihan bagi masyarakat. Pemilik gawai bisa memiliki lebih dari satu aplikasi yang menyediakan layanan serupa. Sebab, mereka bisa memilih aplikasi yang paling tepat dengan kondisi saat itu.
Misalnya, orang yang mendadak harus bepergian ke luar kota, akan tertarik dengan aplikasi layanan penyedia tiket pesawat atau kereta yang menyediakan metode pembayaran praktis. Lebih lanjut, aplikasi akan semakin sering diakses jika menyediakan fasilitas pendaftaran atau check in.
Bagi yang gemar merencanakan liburan atau berwisata jauh-jauh hari, daya tarik aplikasi pembelian tiket sarana transportasi semakin besar jika menyediakan promosi tertentu. Promosi bisa berupa potongan harga atau bonus tertentu.
Namun, bagi yang bepergian bersama pasangan atau keluarga, aplikasi yang memberikan alternatif transportasi terkoneksi menjadi pilihan. Perjalanan transit di tempat tertentu, kemudian berganti moda untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir, memberi peluang lebih besar untuk duduk bersebelahan atau berdekatan. Di tengah periode liburan, mencari tiket kereta api untuk beberapa orang di satu gerbong yang sama merupakan tantangan tersendiri.
Bepergian dan berwisata sudah menjadi kebutuhan sekaligus gaya hidup. Berdasarkan data Bank Indonesia, sebanyak 8,509 juta orang Indonesia bepergian ke luar negeri pada 2016, yang meningkat menjadi 9,077 juta orang pada 2017. Adapun pada Januari-September 2018, sebanyak 7,2 juta orang Indonesia melawat ke luar negeri. Sebagian dari mereka adalah pengguna aplikasi yang haus inovasi. Tanpa inovasi, aplikasi akan ditinggal penggunanya, bahkan bisa mati. (Dewi Indriastuti)