JAKARTA, KOMPAS - Indeks harga saham gabungan kembali melanjutkan penguatan dengan berada di level 6.452,60 pada pembukaan perdagangan Selasa (22/1/2018). Namun, IHSG rawan terkoreksi usai penguatan selama lima hari perdagangan beruntun.
Pada akhir perdagangan kemarin, IHSG ditutup menguat tipis 0,04 persen dari perdagangan hari sebelumnya ke level 6.450,83. Sepanjang tahun 2019 berjalan investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 10,87 triliun.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper menuturkan nyamannya posisi IHSG di zona hijau sejalan dengan sentimen positif dari pasar global. Penguatan IHSG didorong oleh optimisme investor terhadap meredanya perang dagang Amerika Serikat dan China.
Katalis pasar dalam pekan ini banyak dipengaruhi oleh rilis data ekonomi eksternal terutama AS dan China. Sentimen berupa data ekonomi dari dalam negeri masih memberikan topangan bagi IHSG bergerak ke teritorial positif.
Namun, lanjut Dennies, sejumlah data Ekonomi di China dinilai tidak cukup untuk memangkas kekhawatiran investor akan perlambatan ekonomi negeri Tirai Bambu. Di samping itu, usai reli selama lima hari beruntun, IHSG pada perdagangan hari ini tengah memasuki area jenuh beli.
“Secara teknikal ruang penguatan cukup terbatas melihat pergerakan tertahan di sekitar resistance upper bollinger band, sehingga rawan terjadi koreksi,” ujarnya dalam riset yang dipublikasikan Selasa ini.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengingatkan IHSG rawan terkoreksi. Meskipun membaiknya hubungan dagang antara AS dan China menjadi sentimen positif penopang IHSG, data ekonomi China yang semakin melemah menjadi beban IHSG untuk lanjutkan reli hari ini.
“IHSG kami perkirakan masih rawan terkoreksi setelah reli penguatan selama lima hari perdagangan beruntun,” ujar Nafan.