Mengikuti ritme waktu, bahan pangan singkong pun ”dipaksa” harus berubah seperti mengikuti tren baju. Tidak digoreng atau direbus, warga Magelang, Jawa Tengah, bahkan menolak untuk membiarkan singkong sekadar diolah menjadi makanan khas Magelang, yaitu getuk. Kini singkong dikembangkan menjadi aneka makanan versi kekinian dengan banyak polesan dan inovasi di sana-sini.
Aneka olahan singkong tersebut ada dalam ajang Festival Mathuk yang digelar di Artos Mal, Kabupaten Magelang, 25-29 Januari 2019.
Farhati Wahyuningsih (45), warga Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, adalah salah satu pelaku usaha yang melakukan inovasi tersebut. Selama lebih dari sepuluh tahun menjalankan usaha toko oleh-oleh dan melihat bahwa olahan singkong hanyalah getuk berwarna warni, dia pun berkeinginan untuk membuat bentuk olahan lain.
”Ketika itu saya bekeinginan membuat singkong bisa diolah menjadi kue versi kekinian, yang saat ini juga banyak dibuat dan menjadi ajang bisnis para artis,” ujarnya.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Oktober 2018, dia mengikuti workshop tentang kue dan diteruskan dengan mengikuti kelas memasak kue selama satu hari. Dalam ajang pelatihan itu, dia bertemu dengan seorang teman yang kemudian memberinya ide untuk berinovasi membuat bolu yang dilapisi getuk.
Kue hasil kolaborasi berdua itu diberi label Mager. Produk itu mulai dipasarkan pada 9 Desember 2018. Penjualan kue tersebut selama bulan itu mencapai 350 boks.
Sentuhan ”kekinian” lainnya juga dicoba dilakukan oleh Indah Susanti, warga Desa Pancuranmas, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Setelah sebelumnya dia hanya menjadi distributor singkong dan ubi berbumbu dari Salatiha, dalam ajang Festival Mathuk, dia mencoba menyajikan singkong dan ubi tersebut dalam tampilan berbeda, dengan tambahan topping.
Tambahan topping tersebut diberikan pada olahan singkong goreng dan kukus, serta gemblong. Topping juga ditambahan pada olahan ubi, yaitu timus. Tambahan topping yang diberikan pada gemblong adalah coklat, keju, nutella, dan green tea. Selain empat jenis topping tersebut, tambahan topping pada singkong goreng adalah topping balado.
Kreasi baru yang dilakukannya di Festival Mathuk, menurut dia, akan diteruskan, dilanjutkannya dengan membuka gerai olahan singkong. Dia pun optimistis usaha olahan singkong ini prospektif untuk dikembangkan.
”Saya optimistis olahan singkong ini akan disukai karena sekarang ini sedang tren makanan dengan aneka topping,” ujarnya.
Heri Prasetyo (44), warga Desa Muntilan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, melakukan inovasi dengan membuat keripik singkong manggleng. Produknya diberi nama Monggleng. Menurut dia, manggleng sebenarnya adalah makanan khas di masa lalu, era tahun 1970-an.
Ide pembuatan makanan ringan ini berasal dari inisiatif warga yang ingin memanfaatkan sisa makanan singkong rebus atau kukus yang tidak habis dikonsumsi. Sisa singkong tersebut kemudian diiris tipis-tipis, dijemur, kemudian digoreng kering.
Sentuhan kekinian kemudian dilakukan dengan menambahkan bumbu pada Monggleng sehingga makanan ini kemudian dijual dalam enam cita rasa berbeda, yaitu orisinal, manis, balado pedas, keju, sapi panggang, dan cokelat.
Makanan tersebut dikemas dalam kemasan plastik dengan berat 100 gram per kemasan. Memulai usaha sejak April 2018, Heri mengatakan, pihaknya kini rutin memproduksi 100 kemasan Monggleng per minggu. Produk tersebut dijual untuk memenuhi permintaan dari Magelang dan Yogyakarta.
Singkong kini tak lagi diam, tenggelam dalam olahan jadul. Singkong pun berangsur berubah mengikuti selera jamak dari penikmatnya yang kini tidak lagi cukup merasakan singkong rebus atau goreng.