Kenaikan Harga Tiket Berdampak Langsung terhadap Pariwisata
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Kenaikan harga tiket dan penerapan bagasi berbayar berdampak langsung terhadap tingkat kunjungan pariwisata. Karena itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya berharap agar kenaikan tiket dikaji kembali. Kalaupun diharuskan adanya kenaikan, itu bisa secara bertahap sehingga tidak begitu memengaruhi pasar.
Arief menyampaikan hal itu seusai menjadi pembicara dalam dialog ”Peningkatan Produktivitas Masyarakat Berbasis Pariwisata Lokal” di Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (6/2/2019). Hadir dalam acara itu Wali Kota Palembang Harnojoyo dan Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho.
Arief mengatakan, kenaikan harga tiket akan berpengaruh langsung terhadap tingkat kunjungan pariwisata. Menurut dia, tiket pesawat berkontribusi 30-40 persen dari biaya kunjungan pariwisata. Kalau harga tiket naik 100 persen, lanjut Arief, ongkos pariwisata naik hingga 60 persen.
Bahkan, menurut Arief, jika harga tiket naik, akan terjadi price elasticity terhadap permintaan. Itu berarti, jika harga tiket naik 10 persen, maka permintaan pariwisata akan turun 10 persen. Karena itu, Arief berharap kenaikan harga tiket tidak mengejutkan karena akan berdampak langsung pada pasar.
Hal itu terlihat dari banyaknya protes dari daerah-daerah terkait dengan kenaikan harga tiket. ”Asita dari sejumlah daerah banyak yang protes, mulai dari Palembang, Pekanbaru, hingga Padang, dan beberapa daerah lainnya,” ungkapnya.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumsel Anton Wahyudi menyayangkan kenaikan harga tiket dan bagasi berbayar. Menurut dia, kenaikan itu menyebabkan sejumlah usaha yang berkaitan dengan pariwisata mengalami penurunan pendapatan hingga 50 persen.
Permintaan turun
Tidak hanya itu, sejumlah pengusaha pempek yang menjadi makanan khas Palembang juga mengalami penurunan omzet hingga 50 persen. Jimmy Devaten dari Humas Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang menuturkan, sebelum tarif kargo dan juga harga tiket naik, pengiriman pempek mencapai 12 ton per hari, sekarang turun menjadi hanya 7 ton per hari.
Arief mengatakan, kalaupun harus ada kenaikan harga tiket, Arief menyarankan agar kenaikan harga tiket dilakukan secara bertahap mengikuti pertumbuhan ekonomi atau tingkat inflasi. Dirinya juga mengapresiasi langkah Kementerian Perhubungan yang merevisi harga tiket sehingga tarif tiket berangsur menurun.
Tidak hanya itu, Arief juga berterima kasih atas keputusan maskapai Citilink Indonesia untuk menunda penerapan tarif berbayar. Melalui press release, Vice President Corporate Secretary Citilink Indonesia Resty Kusandarina mengatakan, penundaan itu mengacu pada arahan Kementerian Perhubungan yang akan menunda pemberlakuan bagasi berbayar.
Kebijakan pengenaan biaya bagasi itu akan menunggu hasil evaluasi atau kebijakan lebih lanjut dari Kementerian Perhubungan untuk kemudian disosialisasikan kepada masyarakat. Sebelumnya, Citilink Indonesia akan menerapkan bagasi berbayar pada 8 Februari 2019.
Arief mengemukakan, kenaikan harga tiket tentu akan berpengaruh langsung terhadap pariwisata domestik. ”Karena untuk penerbangan internasional tidak ada kenaikan tiket. Jadi tidak begitu berpengaruh,” ungkapnya.
Padahal, saat ini pemerintah tengah gencar untuk meningkatkan pariwisata. Itu karena potensi devisa yang diperoleh pada 2019 mencapai 20 miliar dollar AS, naik dibandingkan dengan target 2018 sebesar 17 miliar dollar AS. Bahkan, pada 2020, pariwisata diproyeksikan menjadi bidang yang mampu memberikan devisa negara mengalahkan ekspor kelapa sawit dan migas.