JAKARTA, KOMPAS – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada awal pekan seiring penantian pelaku pasar terhadap perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China. Sepanjang pekan ini, pergerakan bursa domestik bergantung pada kesepakatan perdagangan dua negara.
Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah, Senin (25/2/2019), mengatakan, IHSG akan sedikit bergejolak mengingat pelaku pasar menantikan perkembangan pembicaraan dagang AS-China. Namun, angin segar juga akan berembus dari laporan keuangan Indonesia yang akan dirilis akhir pekan mendatang.
“IHSG akan bergerak mixed minggu ini, mengingat pelaku pasar yang menantikan perkembangan pembicaraan dagang AS-China dan data inflasi Indonesia yang akan dirilis akhir pekan mendatang,” kata Alfiansyah di Jakarta, Senin.
Pada penutupan perdagangan hari ini, IHSG menguat sebesar 23,98 poin atau 0,37 persen pada level 6.525,36. Sepanjang perdagangan hari ini, investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 260,48 miliar di semua pasar.
Alfiansyah mengatakan, penundaan kenaikan tarif impor barang dari China ke AS membuat daya tarik pasar modal negara berkembang terjaga. Selain itu, menguatnya beberapa harga komoditas tambang mineral logam serta stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga menjadi sentimen positif bagi pasar modal.
Sementara itu analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menuturkan penguatan IHSG hari ini sejalan dengan aksi yang dibukukan investor asing. Hal ini mengindikasikan penundaan pemberlakuan tarif impor antara China dan AS, berdampak pada peningkatan kepercayaan investor terhadap pasar modal negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Dengan adanya penundaan masih ada waktu agar perundingan mencapai kesepakatan dagang yang menguntungkan kedua belah pihak. Sentimen eksternal tersebut menjadi katalisator untuk penawaran saham bluechip sepanjang pekan kemarin,” ujarnya.