Pemerintah Genjot Kinerja Ekspor Komoditas Pertanian Jatim
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
NGAWI, KOMPAS - Kementerian Pertanian bersinergi dengan Pemprov Jatim serta pemerintah daerah tingkat dua, berupaya menggenjot kinerja ekspor komoditas pertanian melalui berbagai terobosan. Nilai ekspor beragam produk pertanian asal Jatim selama Januari dan Febuari ini mencapai Rp 2 triliun per bulan serta masih berpeluang besar untuk ditingkatkan.
“Jalur ekspor produk pertanian telah dibuka lebar-lebar, apabila ada kendala segera laporkan agar bisa ditindaklanjuti,” ujar Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan Ali Jamil, disela acara Agro Gemilang dan Pelepasan Ekspor Produk Pertanian Unggulan Jatim di Kabupaten Ngawi, Rabu (27/2/2019).
Untuk mendongkrak kinerja ekspor produk pertanian, Ali mengatakan pihaknya telah melakukan beragam terobosan seperti digitalisasi layanan perkarantinaan dan mengintegrasikan dengan sistem dalam jaringan (daring) yakni Indonesia Quarantine Full Automation System atau IQFAST. Tidak hanya itu, diterapkan pula layanan perkarantinaan dengan sistem jempu bola.
Petugas melakukan pemeriksaan perkarantinaan di tempat pengemasan produk (packing house). Layanan ini dikenal dengan sebutan inline inspection. Harapannya dengan jemput bola proses bisnis komoditas ekspor semakin cepat, terjamin kualitas kesehatannya, serta berdaya saing tinggi.
Kuantifikasi produk
Kepala Karantina Pertanian Surabaya Musyafak Fauzi mengatakan selama Febuari ini pihaknya telah melakukan penjaminan kesehatan dan keamanan produk pertanian atau sertifikasi terhadap 391 jenis komoditas dengan tujuan ekspor ke 82 negara. Nilai ekspornya mencapai Rp 2 triliun.
Jumlah sertifikasi produk pertanian yang sama, dikeluarkan oleh Badan Karantina Pertanian Surabaya pada bulan Januari. Nilai ekspornya juga Rp 2 triliun. Adapun produk unggulan asal Jatim adalah CPO (Crude Palm Oil), kopi, kayu, margarin, mente, cengkeh, lada, pala, dan nilam. Total nilai ekspornya pada Febuari ini mencapai Rp 1,559 triliun.
Selain itu ada produk pertanian yang berasal dari hewan juga menjadi unggulan Jatim yakni Sarang Burung Walet (SBW), susu, bulu bebek, dan ular hidup. Total nilai ekspor produk pertanian yang bersumber dari hewan ini pada Febuari mencapai Rp 451 miliar.
Musyafak Fauzi menambahkan dari beragam komoditas ekspor unggulan pertanian Jatim itu apabila diperinci, penyumbang terbesar adalah CPO dengan nilai Rp 624 miliar atau sekitar 31 persennya. Penyumbang terbesar kedua adalah kopi senilai Rp 456 miliar atau hampir 25 persennya dan terbesar ketiga adalah kayu dengan nilai Rp 272 miliar atau sekitar 13 persennya.
Sedangkan produk pertanian yang berasal dari hewan, penyumbang terbesar adalah SBW dengan nilai Rp 439 miliar, diikuti kemudian oleh produk susu dengan nilai Rp 9,6 miliar, dan produk bulu bebek senilai Rp 2,7 miliar.
Sementara itu berdasarkan data pelaku ekspor dan negara tujuan ekspor, dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan signifikan. Eksportir di Jatim saat ini berjumlah 1.234 perusahaan maupun perorangan, dengan rincian sebanyak 896 eksportir berkecimpung pada produk pertanian yang bersumber dari tumbuhan sedangkan 438 eksportir berkecimpung pada produk yang berasal dari hewan.
“Dari 896 eksportir produk pertanian yang bersumber dari tumbuhan itu sebanyak 26 perusahaan sudah menerapkan inline inspection,” kata Musyafak.
Dia menjelaskan untuk produk SBW jumlah eksportirnya mencapai 338 perusahaan maupun perorangan. Mereka mengirimkan produknya ke 24 negara tujuan, terbesar China. Negara lainnya seperti Amerika Serikat, Hongkong, Vietnam, Singapura, Taiwan, Malaysia, Kamboja, Kanada, Australia, Denmark, Belanda, Rusia, Jepang, dan Korea Selatan.
Dalam kesempatan itu dilakukan pengiriman perdana daun nilam atau patchouli sebanyak 7 ton ke India. Harga perdagangan internasional daun nilam mencapai 1,65 dollar Amerika Serikat atau Rp 23.000 per kilogram (kg).
Dalam kesempatan itu Wakil Gubenur Jatim Emil Elestianto Dardak meminta petani terus meningkatkan kualitas produknya dan kemampuan produksinya agar bisa memenuhi standar yang ditetapkan oleh negara tujuan ekspor. Pemprov siap memberikan dukungan penuh sebab ekspor membuka peluang petani untuk meningkatkan nilai tambah produknya dan memperbaiki kesejahteraan.
Emil mengajak generasi millenial terjun ke sektor pertanian mulai dari hulu atau proses produksi tidak hanya di sektor hilir atau penjualan hasil pertanian. Alasannya, sumber daya petani memerlukan regenerasi karena banyak yang tua.
Berdasarkan data BPS 2018, sektor pertanian memberikan sumbangsih 13 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim. Adapun Provinsi Jatim sendiri memberikan sumbangsih sebesar 14,67 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.