Industri Keramik Targetkan Pertumbuhan 8 Persen Tahun Ini
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri keramik Indonesia akan kembali memamerkan produk hasil inovasinya pada 14-17 Maret 2019 di Jakarta Convention Center. Pameran tersebut diharapkan dapat mendorong kinerja industri keramik nasional yang belakangan terus digempur keramik impor.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan, pameran Megabuild Indonesia, Keramika, dan Konstruksi Fun Day 2019 akan menampilkan produk-produk terbaru yang secara desain, kualitas, dan teknologi berkualitas. Salah satunya adalah produksi keramik dengan ukuran 1,6 meter x 3,2 meter.
”Makanya, kami punya optimisme di tahun ini dapat kembali ke posisi empat terbesar di dunia,” ujar Edy dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/3/2019).
Kinerja industri keramik nasional pada 2018 bertumbuh lebih kurang 5 persen dibandingkan pada 2017 dengan produksi mencapai 380 juta meter persegi. Untuk 2019, harapannya bisa bertumbuh 7-8 persen dengan target produksi berkisar 410-420 juta meter persegi.
Saat ini, produsen keramik dalam negeri masih menghadapi berbagai tantangan. Selain gempuran keramik impor dari China, Vietnam, ataupun India, harga gas juga masih mahal.
Harga gas di negara lain rata-rata di bawah 6 dollar AS per juta metrik british thermal unit (MMBTU). Namun, di Jawa, misalnya, pada pertengahan Juni 2018 harga gas 7,98-9,16 dollar AS atau Rp 120.000-Rp 138.000 per MMBTU. Sementara itu, harga gas di Sumatera berkisar 9,3-9,9 dollar AS atau Rp 140.000-Rp 149.000 per MMBTU (Kompas, 17/10/2018).
”Gas itu mengambil hampir 30-35 persen biaya produksi. Untuk itu, kami berharap pemerintah bisa memberikan harga gas yang berdaya saing,” kata Edy.
Sebelumnya, pemerintah sendiri sudah mengupayakan kemajuan industri keramik nasional dengan penerapan bea masuk untuk ubin impor. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 119/PMK.010/2018 yang mulai berlaku 12 Oktober 2018 memuat ketentuan tarif bea masuk tindakan pengamanan (BMTP).
Periode tahun pertama, terhitung sejak berlakunya peraturan menteri tersebut, besaran tarif BMTP sebesar 23 persen. Kemudian periode tahun kedua sebesar 21 persen, dan periode tahun ketiga sebesar 19 persen.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal BPP Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Andi Rukman Nurdin Karumpa mengungkapkan bahwa di 2019 peluang cukup terbuka untuk industri konstruksi. Masih banyak pekerjaan megaproyek yang terus berlanjut, di antaranya pembangunan puluhan bendungan yang skala besar, pembangunan jalan baru, dermaga, dan pelabuhan.
Dalam pameran kali ini, Asaki dan Reed Panorama Exhibition (RPE) menargetkan 38.394 pengunjung. General Manager RPE Steven Chwee mengatakan, sedikitnya ada 500 produk inovasi, baik keramik maupun produk konstruksi yang akan ditampilkan.
Pelaku bisnis dapat ikut seminar ataupun bisnis matching yang akan diselenggrakan. Investor dan produsen bisa bertemu untuk melakukan transaksi bisnis. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI)