Di tengah menjamurnya usaha rintisan yang menawarkan berbagai produk, Bikinbot dan Halosis mencoba menangkap potensi yang belum banyak disentuh usaha rintisan lain. Upaya itu pun berbuah hasil. Tak hanya mendatangkan profit, karya mereka bermanfaat, diantaranya untuk menumbuhkan kreativitas dan menguntungkan pelaku usaha lain.
Bikinbot merupakan buah pemikiran dari Sony Soemarso dan Charles Nagy. Tiga tahun lalu keduanya merintis Bikinbot yang produknya, mesin cetak tiga dimensi (3D printing).
“Dulu sempat bikin proyek kayak kincir air, tapi waktu ngembangin ada satu bagian komponen yang gak ada di Indonesia. Dari saat itu kami beli mesin 3D printing untuk membuat bagian yang kurang tadi, tapi ternyata mempelajari malah lebih seru,” kenang Sony menceritakan awal dirinya dan Charles membuat Bikinbot.
Dengan mesin cetak tiga dimensi yang mereka buat, bisa diproduksi mainan, pajangan seperti vas bunga, pigura dan banyak lainnya.
Untuk menunjang pencetakan, bahan materi yang digunakan tidak memakai tinta melainkan filamen.
“Untuk filamen kami sudah kerjasama dengan alumni Institut Teknologi Surabaya yang memproduksi bahannya dari tutup botol air mineral,” ujar Sony.
Harga setiap mesin dijual tidak lebih dari Rp 6 juta. Kebanyakan pembelinya, sekolahan. Sekolah memanfaatkan produk inovasi berbasis teknologi tersebut untuk memproduksi barang-barang yang didesain para siswanya. Dengan demikian, diharapkan bisa menumbuhkan kreativitas pelajar.
“Teknologi 3D printing di Indonesia masih baru, jadi ke depan perjalanannya masih panjang dan kami mencoba untuk mengembangkannya dengan harapan makin banyak orang memahami dan merasakan manfaat teknologi baru ini,” tambahnya.
Andrew Darmadi yang membuat Halosis juga bertujuan melahirkan produk yang bermanfaat bagi pelaku usaha. Halosis merupakan teknologi robot chatting atau chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) sebagai asisten virtual.
Para penjual daring misalnya, akan terbantu oleh Halosis, mulai dari pemesanan yang masuk, ketersediaan barang, bahkan jika produksinya tidak siap menyuplai permintaan. Dengan demikian, penjual tak perlu repot memeriksa secara manual ketersediaan barang atau pun membalas pesanan yang masuk.
Usaha rintisan yang baru diluncurkan tahun 2017 tersebut sudah mempunyai sekitar 2.000 penjual daring yang terdaftar. Dengan berlangganan Halosis, dia menyebut, penjualan bisa meningkat enam kali lipat selama enam bulan. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI)