Penyandang Disabilitas Diberdayakan Menjadi Wirausaha
Oleh
M Fajar Marta
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Yayasan Pembinaan Anak Cacat atau YPAC menerima pelatihan kewirausahaan mulai dari pembuatan produk hingga pemasaran secara digital. Kegiatan tersebut merupakan hasil donasi dari pengguna Tokopedia dan telah berjalan dari bulan Januari hingga Maret 2019.
Menurut Humas Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya, internet membuka kesempatan bagi siapa saja untuk menciptakan peluang. “Ke depannya Tokopedia akan terus melakukan edukasi pengembangan bisnis kepada masyarakat termasuk penyandang disabilitas,” kata Ekhel Chandra Wijaya Kamis (14/3/2019) di Jakarta.
Pelatihan tersebut merupakan hasil kerjasama dari YPAC, Tokopedia, dan excellence.asia sebagai pelatih profesional. Pendanaan sebesar Rp 206 juta dari donasi merupakan hasil program TOPDonasi100 yang dilakukan sejak 25 Juni 2018 hingga 24 Desember 2018.
“Melihat animo masyarakat yang tinggi sejak 2019 TopDonasi100 tersebut akan dinaikkan menjadi Rp 200,” imbuh Chandra.
Adapun ketua YPAC Ratna Djuita mengatakan, kesempatan kerja di pemerintahan bagi penyandang disabilitas memang sulit, karena mereka punya ketentuan sendiri terkait kategori disabilitas.
“Makanya, perlu dukungan dari semua pihak, baik dari kemauan anaknya, orangtua, yayasan, pemerintah, juga swasta,” ujar Ratna.
Pelatihan wirausaha tersebut dinilai dapat menjadi pilihan bagi para penyandang disabilitas di YPAC untuk membentuk usaha sendiri.
Pelaksana Tugas Direktur Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Siti Rochimah mengatakan pemodalan dan pelatihan tersebut diharapkan dapat membantu memberdayakan para penyandang disabilitas untuk bisa lebih mandiri.
“Pelatihan digital marketing sudah dilakukan untuk peserta yang berada di daerah miskin, terisolir, lintas batas, susah modal, tetapi untuk disabilitas belum. Saya kira k edepannya akan dilakukan pelatihan bagi disabilitas sehingga nantinya bisa memberdayakan pekerja disabilitas,” jelas Siti.
Semangat Wirausaha
Sebenarnya, impian dari sebagian besar para penyandang disabilitas yang tergabung dalam YPAC adalah menjadi pegawai negeri. Namun dengan adanya pelatihan ini, mereka tertarik untuk menjadi wirausaha.
Hal tersebut diungkapkan oleh Lazzaro (20) dan Diego (25), kelompok pembuat ketan durian. Saat ini angka penjualannya rata-rata hanya tiga cup dengan harga Rp 12.000 per cup. Namun, mereka tetap optimis nantinya bisa menjual minimal 20 cup per hari melalui kanal e-dagang yang lebih banyak.
Disamping itu juga ada Haeza (23), Riza (24), dan Nadhif (20) dari kelompok yang membuat kue cokelat bulat bernama “hza.cho”. Sembari mencari pekerjaan, mereka akan terus berjualan kue cokelat tersebut dengan harga Rp 30.000 per kotak isi 10 buah.
“Kami tidak ingin menjadi beban dan ingin terjamin hidupnya,” ungkap Haeza melalui gerakan tangan dan bibirnya.
Ada empat kelompok yang masing-masimg terdiri dari tiga peserta penyandang disabilitas. Masing-masing membuat produk berbeda, antara lain, nasi kebuli, kue cokelat bulat, ketan durian, dan kaos oblong bergambar bahasa isyarat ataupun pesan-pesan terkait disabilitas.
Para disabilitas bukan sekadar diberi modal, tetapi pelatihan, pendampingan secara intensif untuk menumbuhkan motivasi dimulai dari bulan Januari lalu hingga Maret 2019. Hal tersebut membantu disabilitas untuk mengembangkan pemasarannya lebih luas melalui situs e-dagang.
Seperti yang diutarakan oleh Indra (28), Adi (29), dan Rama (20) yang membuat nasi kebuli bahwa adanya pelatihan kewirausahaan membantu mereka untuk mencari penghasilan secara mandiri. Nasi kotak yang diberi nama “Agoy” tersebut saat ini bukan hanya dipasarkan melalui whatsapp, tetapi juga lewat instagram, juga tokopedia.
“Awalnya lihat di salah satu e-dagang ada yang jual nasi kebuli, kami akhirnya juga ingin membuat hal yang serupa. Kebanyakan yang beli masih teman dekat atau kenalan, mudah-mudahan nanti bisa lebih banyak pembelinya lewat e-dagang atau instagram,” ujar Indra penyandang disabilitas dengan celebral palsy.
Satu kotak dijual dengan harga Rp 30.000 untuk daging kambing dan Rp 25.000 untuk daging ayam. Untuk modal awal sekitar Rp 134.000 yang bisa dibuat delapan nasi kotak. Meski penjualannya saat ini masih sedikit, ia berharap akan terus berkembang. Nantinya, bisa menjual 20 kotak per hari, bahkan bisa membuat usaha catering.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Clara Greta A (24), Heru Hermawan (30), dan Grenaldi Samuel S (18), kelompok produksi kaos merk GHG yang sejauh ini berhasil menjual 70 kaos baik melalui Tokopedia, Instagram maupun whatsapp. Kaos tersebut memuat gambar tentang bahasa isyarat atau pesan-pesan terkait disabilitas.
“Harga tergantung ukuran dan sablon yang kisarannya dari Rp 80.000 sampai Rp 110.000 dan kalau ada keuntungan ya dibagi tiga,” ujar Heru.