Menghadapi Ramadan, Gejolak Harga Pangan Dikendalikan
Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Kalimantan Selatan mulai mengantisipasi gejolak harga pangan menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Dua bulan sebelum Ramadan, ketersediaan dan harga pangan terus dimonitor agar tak terlalu bergejolak hingga memicu inflasi tinggi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·2 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS – Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Kalimantan Selatan mulai mengantisipasi gejolak harga pangan menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Dua bulan sebelum Ramadan, ketersediaan dan harga pangan terus dimonitor agar tak terlalu bergejolak hingga memicu inflasi tinggi.
Dalam dua tahun terakhir, inflasi Kalimantan Selatan pada Ramadan dan Idul Fitri cukup terkendali di bawah 1 persen. Pada Ramadan dan Idul Fitri 2017, Kalsel mencatatkan inflasi sebesar 0,96 persen, kemudian pada 2018 mencatatkan inflasi sebesar 0,94 persen.
Menurut Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani, keberhasilan mencatatkan inflasi di bawah 1 persen dalam dua tahun terakhir berkat antisipasi sejak dini. Beberapa bulan sebelum Ramadan, stok sudah dipastikan mencukupi kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri.
”Sebelumnya, inflasi pada Ramadan dan Idul Fitri selalu di atas 1 persen, bahkan mendekati 2 persen. Keberhasilan menekan inflasi di bawah 1 persen dalam dua tahun terakhir harus tetap dijaga,” kata Birhasani di Banjarmasin, Kamis (4/4/2019).
Birhasani menyebutkan, komoditas yang harus dijaga agar stoknya mencukupi dan harganya stabil hingga Ramadan dan Idul Fitri, yaitu bahan bakar minyak, gas, daging ayam ras, telur ayam ras, daging sapi, dan cabai rawit. Selanjutnya, adalah beras, gula, minyak goreng, tepung terigu, bawang merah, bawang putih, kol, kentang, dan wortel.
”Kami terus memonitor perkembangan stok dan harga komoditas tersebut. Jika stoknya kurang, kami mengoptimalkan kerja sama perdagangan antar-daerah untuk mencukupi persediaan. Jika harganya melonjak, kami segera menggelar pasar murah,” tuturnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel Herawanto mengemukakan, berdasarkan data inflasi Kalsel tiga tahun terakhir (2016-2018), pada bulan Ramadan, komoditas yang paling sering muncul sebagai kontributor inflasi adalah daging ayam ras, ikan kembung, dan telur ayam ras.
Selanjutnya, pada saat memasuki periode Idul Fitri, kontributor inflasi yang cenderung persisten di Kalsel, yaitu angkutan udara, ikan bakar, nasi, dan lauk. ”Untuk itu, TPID menerapkan strategi 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif antarlembaga,” katanya.
Kepala Bulog Divisi Regional Kalsel Akhmad Kholisun memastikan, persediaan beberapa komoditas mencukupi hingga Ramadan dan Idul Fitri. Persediaan beras misalnya masih 15.797 ton dan minyak goreng sebanyak 16.105 liter. ”Kami pastikan stok itu cukup sampai Idul Fitri nanti,” ujarnya.
Selain menjamin ketersediaan, Bulog juga menjamin keterjangkauan pangan tersebut sebab penyalurannya dilakukan lewat distributor, toko pangan kita, dan rumah pangan kita (RPK). ”Di Kalsel saat ini ada 522 RPK. Itu sangat efektif untuk menjangkau daerah pelosok dan menjaga kestabilan harga,” kata Kholisun.