Lalu Lintas Konsumsi Layanan 2G XL Axiata Tersisa 5 Persen
Oleh
Mediana
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Tren penurunan konsumsi layanan seluler 2G masih berlanjut. Situasi itu mendorong operator telekomunikasi merombak dan mematikan secara bertahap infrastruktur jaringan berteknologi akses 2G.
Di XL Axiata, misalnya. Direktur Teknologi PT XL Axiata Tbk Yessie D Yosetya, di sela-sela pertemuan media nasional, Kamis (4/4/2019) malam, di Banyuwangi, Jawa Timur, menyebutkan, jumlah pelanggan yang menggunakan 2G kini tersisa sekitar 10 persen dari total 54,9 juta orang.
Mengutip info memo XL Axiata tahun 2018, sejak 2015 perusahaan memutuskan bertransformasi menjadi penyedia internet seluler di Indonesia (data centric). Strategi ini dianggap berhasil. Pada akhir 2018, sekitar 80 persen pelanggan XL Axiata menjadi pengguna ponsel pintar dan konsumsi layanan data seluler mereka menyumbang lebih dari 75 persen terhadap total lalu lintas di jaringan XL Axiata.
Selama 12 bulan terakhir terjadi penurunan signifikan lalu lintas konsumsi 2G sehingga hanya berkontribusi sekitar 5 persen dari keseluruhan lalu lintas di jaringan XL Axiata.
”Pada 2018, di area tertentu, kami mulai mematikan jaringan 2G sambil terus mengurangi kapasitas di area lain yang penggunaan 2G menurun. Ini memungkinkan kami untuk memperbarui sebagian besar spektrum yang sebelumnya digunakan bagi 2G untuk penggunaan 4G,” tutur Yessie.
Pada triwulan IV-2018, XL Axiata membukukan pendapatan Rp 6,061 triliun atau naik 3 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Pendapatan data berkontribusi mayoritas terhadap total penerimaan.
Jumlah infrastruktur pemancar XL Axiata meningkat menjadi lebih dari 118.000 unit, dengan lebih dari 51.000 unit di antaranya berteknologi 3G, hampir 30.000 unit sisanya berteknologi akses 4G, dan sisa akhirnya adalah 2G. Layanan 4G XL Axiata sekarang menjangkau sekitar 400 kota.
Yessie mengatakan, pihaknya menyiapkan beberapa strategi lain agar mendorong pengguna 2G beralih ke layanan seluler lebih tinggi, utamanya 4G. Misalnya, edukasi kepada pelanggan agar memakai ponsel pintar dua tempat nomor (dual SIM card). Pasalnya, masih ditemukan pelanggan memakai dua ponsel, yaitu satu ponsel pintar untuk mengakses layanan data seluler, baik 3G maupun 4G, dan satu ponsel masih berteknologi 2G.
Contoh lainnya adalah perusahaan mengembangkan aplikasi yang bisa dipakai dengan mudah menerima transaksi jual beli layanan seluler di gerai agen. Dengan demikian, agen tidak perlu mencatat transaksi secara manual.
”Hal yang masih jamak terjadi adalah agen mengisi permintaan isi ulang pulsa konsumen pakai ponsel 2G,” katanya.
Strategi lainnya yaitu mengemas paket penjualan ponsel pintar dengan diikuti kartu perdana nomor seluler. Pertimbangan utama adalah harga paket terjangkau untuk semua kalangan.
Berdasarkan data XL Axiata, ada dua wilayah operasional yang kini masih besar pemakaian layanan 2G, yaitu Pulau Lombok dan Madura.
Pada saat bersamaan, Direktur Keuangan XL Axiata Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin menambahkan, dampak keuangan dari kebijakan merombak dan mengalihkan infrastruktur 2G ke teknologi lebih atas, utamanya 4G, adalah percepatan depresiasi beberapa aset 2G. Selain biaya penyusutan yang lebih rendah pada waktu-waktu mendatang, peningkatan biaya listrik dan sewa akan menghasilkan peningkatan margin dan profitabilitas.