Sejumlah Akademisi menilai, hilangnya lemuru di Muncar bukan karena rumpon, melainkan karena penggunaan alat tangkap yang tak terkendali. Penggunaan alat tangkap yang tidak mendukung keberlanjutan perlu diatur kembali.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sejumlah akademisi menilai, hilangnya lemuru di Muncar bukan karena rumpon, melainkan penggunaan alat tangkap yang tak terkendali. Penggunaan alat tangkap yang tidak mendukung keberlanjutan perlu diatur kembali.
Bahkan, dirasa perlu ada moratorium penangkapan lemuru untuk mengembalikan habitat ikan tersebut di perairan Muncar. Jika langkah itu tidak segera diambil, perlu dipikirkan alternatif pekerjaan bagi para nelayan.
Hal itu disampaikan dosen perikanan dan kelautan Universitas Brawijaya, Malang, Darmawan Okto Sucipto. ”Sampai saat ini belum ada kajian pengaruh rumpon terhadap hilangnya lemuru. Harus dilihat terlebih dahulu berapa jarak migrasi ikan lemuru. Jika migrasi hanya lokal, keberadaan rumpon tidak berpengaruh,” tutur Darmawan ketika dihubungi dari Banyuwagi, Selasa (9/4/2019).
Faktor yang mungkin lebih berpengaruh, menurut Darmawan, kondisi perairan dan penggunaan alat tangkap yang tidak mendukung perikanan keberlanjutan. Keduanya merupakan faktor yang bisa diatur dan dikendalikan. Sementara faktor pemanasan global, yang juga bisa menjadi faktor berpengaruh, tidak bisa atau lebih sulit dikendalikan manusia.
Pengaturan kembali
Karena itu, Darmawan mengusulkan agar ada pengaturan kembali jumlah alat tangkap. Selain itu, perlu adanya pengawasan terhadap ukuran mata jaring pada alat tangkap yang digunakan oleh nelayan.
Dalam Surat Keputusan Bersama Gubernur Jawa Timur dan Bali Tahun 1992 Nomor 38/1992/673/1992 tentang Penetapan Jumlah Alat Tangkap Purse Seine di Selat Bali disebutkan, jumlah alat tangkap ditetapkan 273 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 190 unit di Provinsi Jawa Timur dan 83 unit di Provinsi Bali.
”Pemerintah harus kembali meninjau berapa jumlah kapal purse seine yang beroperasi. Bisa jadi jumlahnya sudah lebih dari yang disepakati atau kalaupun jumlah kapal sama namun kapasitas tangkapnya semakin besar,” tutur Darmawan.
Ia menambahkan, alat tangkap lemuru tidak hanya purse sein. Alat tangkap bagan, jaring cetet (gillnet), dan payang juga bisa digunakan untuk menangkap lemuru. ”Masalahnya alat tangkap tersebut tidak ikut diatur,” katanya.
Darmawan mengusulkan harus ada dokumen baru yang mengatur alat tangkap selain purse sein. Pada 2014, Darmawan beserta sejumlah akademisi sudah merekomendasikan hal tersebut, termasuk mengatur penggunaan alat tangkap yang menggunakan lampu.
Hal senada disampaikan Manajer Bidang Kebijakan Blue Carbon dan Perikanan di Conservation International Indonesia Audry J Siahainenia. Ia juga ragu jika nelayan menyebut rumpon sebagai penyebab hilangnya lemuru.
”Lemuru merupakan ikan yang tidak terlalu senang tinggal di rumpon, tetapi lebih senang hidup berkelompok dan berpindah-pindah,” kata Audry.
Audry lebih menekankan pada upaya pengawasan alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan. Ia menduga hilangnya lemuru akibat penggunaan alat tangkap yang tidak mendukung perikanan berkelanjutan.
Lemuru merupakan ikan yang tidak terlalu senang tinggal di rumpon, tetapi lebih senang hidup berkelompok dan berpindah-pindah
”Seharusnya mata jaring yang digunakan nelayan tidak kurang dari 1 inci. Penggunaan jaring di bawah 1 inci membuat ikan lemuru tidak sempat berpindah karena lemuru remaja sudah ikut tertangkap,” ujarnya.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Banyuwangi Hasan Basri mengatakan, saat ini para nelayan masih menggunakan kapal purse seine. Namun, ia mengakui jumlahnya sudah mulai berkurang.
”Sebelum tahun 2010, jumlahnya lebih dari 100 unit. Namun, kini tinggal 70 unit, dan hanya 20 unit saja yang masih aktif beroperasi. Berkurangnya jumlah ikan lemuru membuat alat tangkap tersebut ditinggalkan,” ungkapnya.
Hasan mengatakan, banyak nelayan purse sein beralih ke alat tangkap lain, tetapi ada pula yang tidak lagi melaut. Nelayan lainnya tetap menggunakan alat tangkap purse sein, hanya saja tidak menggunakan dua kapal, tetapi satu kapal.