Pascatsunami dan perdamaian, Provinsi Aceh mulai serius menggarap potensi wisata sebagai sektor andalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pembentukan kawasan ekonomi khusus pariwisata diharapkan akan membuat sektor wisata semakin berkembang.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS - Pascatsunami dan perdamaian, Provinsi Aceh mulai serius menggarap potensi wisata sebagai sektor andalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pembentukan kawasan ekonomi khusus pariwisata diharapkan akan membuat sektor wisata semakin berkembang.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh Jamaluddin, Senin (23/4/2019), mengatakan, pemerintah provinsi, kabupaten, dan pelaku usaha wisata di Aceh sedang menggodok kawasan ekonomi khusus wisata. Rancangan itu akan diajukan ke Kementerian Pariwisata untuk diusulkan sebagai KEK wisata.
Kata Jamaluddin, ada beberapa kawasan yang menjadi calon KEK wisata di Aceh, seperti kawasan Gayo-Alas meliputi Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues, kemudian Aceh Singkil, Simeulue, dan Banda Aceh.
Semua menginginkan daerahnya diusulkan sebagai KEK wisata, kami harus kaji mendalam daerah mana yang layak
Namun, sejauh ini belum diputuskan daerah mana yang akan diusulkan, sebab, banyak kabupaten/kota di Aceh mengajukan diri. “Semua menginginkan daerahnya diusulkan sebagai KEK wisata, kami harus kaji mendalam daerah mana yang layak,” ujar Jamaluddin.
Dia menambahkan, setiap daerah memiliki potensi wisata khas. Misalnya, Gayo-Alas memiliki pemandangan alam, hutan Leuser, budaya, dan kopi arabika. Sementara Aceh Singkil dan Simeulue dikenal keindahan lautnya, sedangkan Banda Aceh memiliki potensi wisaya islami dan heritage.
Jamaluddin mengatakan, rencana usulan KEK wisata merupakan permintaan dari Menteri Pariwisata Arief Yahya saat peluncuran kalender kegiatan wisata Aceh 2019 di Jakarta pada awal Maret lalu.
“Jika ada KEK wisata, saya yakin wisata di Aceh semakin berkembang karena ada dukungan anggaran maksimal dari pemerintah pusat,” kata Jamaluddin.
Secara umum, kunjungan wisatawan ke Aceh meningkat. Pada 2016, jumlah kunjungan wisata 2,1 juta orang, naik menjadi 2,3 juta pada 2017. Pada 2018, kunjungan kembali naik menjadi 2,5 juta. Sementara target 2019 sebanyak 3 juta kunjungan.
Pertumbuhan hotel
Perkembangan wisata Aceh juga dapat dilihat dari pertumbuhan hotel di Banda Aceh. Pada 2010, jumlah hotel dan wisma di Banda Aceh hanya 39 unit, pada 2018 naik hampir 100 persen menjadi 77 unit. Pertumbuhan hotel berbanding lurus dengan kenaikan kunjungan wisatawan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bener Meriah Haili Yoga mengatakan, Pemkab Bener Meriah menyambut baik rencana pengusulan KKE wisata. Bener Meriah juga mengajukan diri sebagai salah satu daerah yang layak diajukan.
“Bener Meriah bersama Aceh Tengah memiliki potensi besar untuk kembangkan. Di sini telah ada bandara, memudahkan wisatawan berkunjung,” ujar Haili.
Namun, kata Haili, jumlah kunjungan wisatawan ke Bener Meriah belum ramai, sebab fasilitas masih minim. “Penginapan terbatas, namun kami bisa mengandalkan rumah warga,” ujar Haili.
Haili menambahkan, saat ini Pemkab Bener Meriah mendorong desa-desa untuk berbenah dan ramah terhadap wisatawan. Sebagai daerah penghasil kopi arabika gayo, kata Haili, Bener Meriah kerap dikunjungi pembeli kopi dari Eropa.