Kinerja PT Astra International Tetap Moncer
Astra dari bintang menuju bintang, itulah filosofi Om William (Wiliam Soerdjaja) ketika mendirikan perusahaan ini pada tanggal 20 Februari 1957. Terbukti hingga kini perusahaan yang sudah berusia 62 tahun ini tetap moncer dan bertahan dengan kinerja usaha yang baik ditengah riuh-reda panggung polittik dan ekonomi negeri ini.
Fakta membaiknya kinerja usaha PT Astra International TBK (AI) ini terbukti dari laporan keuangan perusahaan pada kuartal pertama 2019. Presiden Direktur PT AI Prijono Sugiarto mengatakan kinerja grup AI tetap tumbuh positif di tengah situasi pesta demokrasi yang menghangat tahun 2019 ini.
Pendapatan bersih PT AI dengan kode saham ASII selama periode tersebut mencapai Rp 59,6 triliun atau naik 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Kenaikan penjualan bersih ini otomatis mendongkrak pula kenaikan laba bersih grup sebesar Rp 5,2 triliun. Nilai ini meningkat 5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018.
Kenaikan itu terutama dipicu oleh peningkatan kontribusi dari bisnis jasa keuangan dan alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi. Menurut Prrijono, kenaikan itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontribusi yang diberikan oleh sektor otomotif dan agribisnis.
Dari berbagai sektor usaha grup, antara lain tercatat perusahaan dari sektor otomotif, yakni PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), sektor agribisnis PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), dan sektor teknologi informasi PT Astra Graphia Tbk (ASGR) mengalami penurunan.
Sebagai gambaran penurunan kinerja di sektor otomotif terlihat dari laba bersih yang diraup. Laba bersih dari unit bisnis otomotif grup misalnya turun 10 persen menjadi Rp 1,9 triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan volume penjualan mobil dan kenaikan biaya material pada bisnis manufaktur.
Penjualan mobil secara nasional turun 13 persen menjadi 254.000 unit. Akan tetapi meski ada penurunan cukup besar, penjualan mobil yang berada dalam payung usaha AI hanya menurun 5 persen sehingga total volume penjualan selama periode itu menjadi 134.000 unit. Penurunan yang tidak setinggi penurunan angka penjualan mobil nasional ini mendongkrak pangsa pasar otomotif grup AI dari 49 persen menjadi 53 persen pada pada kuartal I-2019. Meningkatnya pangsa ini dimungkinkan karena grup telah meluncurkan enam model baru dan dua model revamped selama periode ini.
Nasib manis justru dialami sektor bisnis kendaraan roda dua. Penjualan sepeda motor secara nasional meningkat 19 persen selama dua bulan pertama tahun 2019, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018. Penjualan nasional PT Astra Honda Motor (AHM) meningkat 19 persen menjadi 1,3 juta unit. Grup telah meluncurkan dua model baru dan 12 model revamped selama periode ini.
“Kami masih beruntung masih ada celah yang positif di sektor otomotif, bahkan pangsanya kini menjadi lebih besar,” ujar Prijono.
Agribisnis
Sementara di sektor agribisnis, yakni PT Astra Agro Leestari (AAL) merupakan sektor bisnis yang paling tertekan. Laba perusahaan kebun ini merosot cukup dalam. Anjloknya laba usaha ini sampai mencapai 89 persen menjadi Rp 30 miliar dibandingkan kuartal I-2018.
Penurunan laba bersih tersebut karena lesunya harga minyak kelapa sawit dunia yang turun 20 persen menjadi Rp 6.252 per kilogram (kg) dibandingkan dengan rata-rata pada kuartal I-2018. Tajamnya angka penurunan ini tak mampu dikompensasi oleh kenaikan volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya yang mencapai 25 persen menjadi 599.000 ton.
Demikian juga dengan nasib PT Astra Graphia (ASGR). Perusahaan ini juga mengalami tekanan yang cukup lumayan meski tak setajam PT AAL. Perusahaan IT ini laba bersihnya melorot hingga 26 persen menjadi Rp 26 miliar pada kuartal I-2019.
Bank Permata
Tidak semua mengalami tekanan dan bisnis yang suram. Beberapa sektor usaha grup AI justru mengalami peningkatan kinerja yang menakjubkan. PT Bank Permata Tbk, di jasa keuangan yang 44,6 persen sahamnya dimiliki oleh grup mencatat kenaikan laba bersih signifikan. Laba bersih Bank Permata menjadi Rp 377 miliar dibandingkan dengan perolehan kuartal I-2018 yang mencapai Rp 164 miliar.
Kenaikan itu disokong oleh kenaikan tingkat pemulihan kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) dan bersih (net NPL) bank masing-masing sebesar 3,8 persen dan 1,6 persen pada akhir Maret 2019. Angka ini lebih baik jika dibadingkan dengan akhir tahun 2018, rasio gross NPL sebesar 4,4 persen dan rasio net NPL-nya sebesar 1,7 persen.
Unit usaha yang paling moncer adalah perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR) yang laba bersihnya naik sebesar 21 persen menjadi Rp 3,1 triliun dibandingkan tahun 2018. Kenaikan itu didorong oleh peningkatan kinerja pada bisnis kontraktor penambangan dan kontribusi dari operasi penambangan emas yang diakuisisi pada bulan Desember 2018.
Sementara itu, tambah Prijono, nilai bersih per saham tercatat sebesar Rp 3.503 pada 31 Maret 2019 atau 4 persen lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun 2018. Sedangkan utang bersih di luar Grup anak perusahaan jasa keuangan, mencapai Rp 15,2 triliun pada 31 Maret 2019, dibandingkan dengan Rp 13 triliun pada 31 Desember 2018. Hal ini terjadi terutama karena investasi grup AI di Gojek.
Jasa keuangan
Sementara secara keseluruhan laba bersih jasa keuangan grup meningkat 32 persen menjadi Rp 1,4 triliun. Dengan peningkatan kontribusi dari sebagian besar segmen bisnis. Jumlah pembiayaan pada bisnis pembiayaan konsumen grup juga meningkat 5 persen menjadi Rp 20,8 triliun.
Kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan grup yang fokus pada pembiayaan mobil meningkat 51 persen menjadi Rp 340 miliar, terutama disebabkan oleh kenaikan tingkat pemulihan kerugian kredit bermasalah (NPL).
Demikian juga dengan kontribusi laba bersih PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan sepeda motor meningkat 11 persen menjadi Rp 604 miliar, terutama karena portofolio pembiayaan yang meningkat. Total pembiayaan bisnis pembiayaan alat berat grup meningkat 15 persen menjadi Rp 974 miliar.
Sementara kontribusi laba bersih bisnis pembiayaan alat berat grup meningkat 69 persen menjadi Rp 27 miliar. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya pinjaman kepada pelanggan korporasi.
Pada periode yang sama, perusahaan patungan asuransi jiwa grup, PT Astra Aviva Life (Astra Life) juga berhasil menambah lebih dari 170.000 nasabah baru asuransi jiwa perorangan dan 50.000 nasabah baru asuransi program kesejahteraan karyawan perusahaan.
Pada sektor pendapatan jalan tol Cikopo-Palimanan sepanjang 116,8 km, yang 45 persen sahamnya dimiliki perseroan meningkat sebesar 18 persen menjadi Rp 348 miliar. Jalan tol Semarang-Solo sepanjang 72,6km, yang 40 persen sahamnya dimiliki grup dan beroperasi penuh pada Desember 2018, mencatat kenaikan pendapatan jalan tol menjadi Rp 121 miliar.
“Prospek bisnis kinerja grup cukup baik pada kuartal pertama 2019. Saya optimis untuk periode sepanjang tahun ini, grup diperkirakan masih akan menikmati kenaikan kontribusi dari bisnis-bisnis tersebut. Meskipun masih ada tantangan pada permintaan yang melemah dan persaingan yang ketat di pasar mobil serta penurunan harga komoditas,” kata Prijono..