Pedagang Optimistis Telur Asin Tetap Dilirik Pemudik
Meski jumlah pembelinya menurun, pedagang telur asin di Brebes, Jawa Tengah tidak patah arang. Mereka tetap optimis, telur asin tetap dilirik pemudik.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Meski jumlah pembelinya menurun, pedagang telur asin di Brebes, Jawa Tengah, tidak patah arang. Mereka optimistis telur asin tetap dilirik pemudik.
Pada 10 hari pertama Ramadhan, jumlah telur asin yang dijual memang mulai dikurangi. Rata-rata pedagang mengurangi jumlah dagangannya dari 1.400 butir per hari menjadi 1.000 butir per hari. Sebab, jumlah pembeli telur asin pada awal-awal puasa biasanya menurun dibandingkan dengan hari biasa.
Pada hari biasa, pedagang telur asin seperti Salimin (32) menjual telur sebanyak 10.000 butir per minggu. Mendekati dan selepas Lebaran, mereka bisa menjual 70.000-80.000 butir per hari.
Salimin optimistis kondisi berbeda akan terjadi selepas 10 hari pertama Ramadhan. Pada masa itu, pedagang akan memproduksi jumlah telur berkali-kali lipat dari hari biasanya.
”Awal bulan puasa biasanya permintaan telur asin menurun sehingga kami sengaja mengurangi jumlah produksi. Selepas itu, semuanya serba ditambah,” ujar Salimin, pedagang telur asin HTM di Brebes.
Biasanya, pada minggu kedua Ramadhan, tanda-tanda kenaikan permintaan telur asin mulai terlihat. Tak hanya untuk pemudik yang melintas, telur-telur asin tersebut juga akan dibeli orang-orang yang merantau di Brebes sebagai oleh-oleh.
Pada saat Ramadhan, rata-rata toko telur asin menjual 80 persen produk mereka untuk pemudik yang melintas. Sementara 20 persen sisanya dibeli oleh perantau yang ada di Brebes dan sekitarnya untuk dibawa pulang ke kampung halaman sebagai oleh-oleh.
Menurut Salimin, aktivitas di toko telur asin yang biasanya sepi akan berubah menjadi ramai saat masa mudik Lebaran. Untuk itu, Salimin sudah berencana menambah jumlah karyawan.
”Pada hari biasa, jumlah karyawan kami ada lima. Namun, saat mendekati Lebaran, kami akan membutuhkan sekitar lima karyawan tambahan,” ucap salimin.
Tak hanya Salimin, Wahyudi (29), penjaga toko telur asin, mengatakan, pada hari biasa, jumlah pekerja di toko tempatnya bekerja berjumlah tiga orang. Saat masa mudik Lebaran, jumlah karyawan ditambah menjadi lima orang.
Pada hari biasa, jumlah karyawan kami ada lima. Namun, saat mendekati Lebaran, kami akan membutuhkan sekitar lima karyawan tambahan.
”Kalau sedang musim mudik biasanya ramai, kalau hanya tiga orang, biasanya kewalahan,” ucap Wahyudi saat dihubungi dari Tegal, Jumat malam.
Terdampak tol
Di satu sisi, pembangunan jalan tol menawarkan kemudahan mobilitas masyarakat. Waktu tempuh dan ongkos distribusi barang juga bisa dipangkas karena adanya jalan tol.
Di sisi lain, tersambungnya Jalan Tol Trans-Jawa membuat perekonomian di wilayah pantura lesu. Salah satu yang terdampak adalah toko telur asin Setuju Jaya di Brebes. Berkurangnya jumlah pemudik yang melintasi daerah pantura berdampak pada menurunnya jumlah pembeli di toko tersebut.
”Sejak ada jalan tol, jumlah pembeli kami menurun hingga lebih dari 80 persen,” ucap Ani (55), pedagang telur asin Setuju Jaya.
Sebelum ada jalan tol, toko Setuju Jaya mampu menjual telur asin 600.000-800.000 butir per hari. Semenjak ada tol, mereka hanya mampu menjual 100.000 butir per hari.
Dampak beroperasinya jalan tol juga dirasakan pedagang sate kambing di Kota Tegal. Tono (43), pedagang sate kambing di Jalan Kapten Sudibyo, Kelurahan Randugunting, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, mengatakan, jumlah pembeli di warungnya menurun.
Kalau sedang hari biasa begini, paling hanya habis satu ekor per hari.
Sebelum ada tol, warung Tono bisa menghabiskan hingga 11 kambing per hari pada masa mudik Lebaran. Semenjak ada tol, untuk menghabiskan lima ekor saja dalam sehari Tono mengaku sulit.
”Kalau sedang hari biasa begini, paling hanya habis satu ekor per hari,” ucap Tono.
Wakil Wali Kota Tegal Muhammad Jumadi mengatakan, Pemerintah Kota Tegal tengah menyiapkan beberapa strategi agar pemudik singgah dan bertransaksi ekonomi di Kota Tegal. Pemerintah Kota Tegal memastikan, area wisata kuliner seperti kawasan penjual sate kambing, soto tauco, dan tahu aci siap disinggahi oleh pemudik.
”Nanti kami akan mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang bergerak di bidang kuliner untuk berbenah diri dan berinovasi. Kami imbau untuk meningkatkan kebersihan dan cita rasa produk mereka,” kata Jumadi.