Beberapa pembangkit listrik baru di Provinsi Aceh sedang dibangun. Diperkirakan dua-tiga tahun ke depan produksi listrik di provinsi paling barat itu melebihi kebutuhan. Surplus listrik dari Aceh dapat dipasok untuk kebutuhan Pulau Sumatera.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Beberapa pembangkit listrik baru di Provinsi Aceh sedang dibangun. Diperkirakan dua-tiga tahun ke depan produksi listrik di provinsi paling barat itu melebihi kebutuhan. Surplus listrik dari Aceh dapat dipasok untuk kebutuhan Pulau Sumatera.
Kepala Bidang Energi dan Ketenagalistrikan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Aceh Dedi Roza, dalam diskusi ”Peningkatan Akuntabilitas dan Integritas Sektor Kelistrikan di Aceh” yang digelar Masyarakat Transparansi Aceh, Senin (29/4/2019) di Banda Aceh, mengatakan, saat ini kebutuhan listrik di Aceh 400 megawatt (MW) hingga 460 (MW).
Kebutuhan listrik Aceh dipasok beberapa pembangkit listrik, yaitu pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) Arun 180 MW, PLTU Nagan Raya 220 MW, dan PLTD 100 MW. Adapun jumlah produksi mencapai 500 MW. Namun, saat ada pembangkit yang sedang dalam pemeliharaan, kekurangan kerap disuplai dari Sumatera Utara.
Menurut Dedi, saat ini pembangkit listrik yang sedang dibangun, yakni PLTMG Arun 2 kapasitas 250 MW, PLTA Peusangan 88 MW, PLTU Nagan Raya 220 MW, dan PLTMG Ladong 50 MW yang ditargetkan rampung dua hingga tiga tahun ke depan. Jika semua pembangkit beroperasi total produksi listrik di Aceh mencapai 1.108 MW. Dengan asumsi kebutuhan naik 7 persen per tahun, produksi masih surplus.
”Kalau untuk kebutuhan warga tercukupi. Kelebihan itu barangkali digunakan untuk industri,” kata Dedi.
Interkoneksi
Deputi Manajer Hukum dan Humas PT PLN Persero Wilayah Aceh Teuku Bahrul Halid mengatakan, produksi listrik di Aceh semuanya akan interkoneksi dengan transmisi Sumatera. Ketika produksi listrik di satu provinsi surplus, akan disuplai ke provinsi lain. ” ”Kalau Arun 2, PLTA Peusangan, dan PLTU Nagan Raya 3-4 sudah beroperasi kita kelebihan arus,” ujar Bahrul.
Bahrul mengatakan, keandalan energi menjadi modal penting bagi pemprov mengundang investor membuka industri di Aceh. Sebab, selama ini isu krisis energi menjadi salah satu penghambat investasi.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan, ketersediaan energi kerap dipertanyakan oleh investor. ”Dengan dibangun beberapa pembangkit listrik yang baru kebutuhan energi untuk industri akan terpenuhi. (Investor) jangan khawatir, kami menjamin ketersediaan listrik,” ujar Nova.
Sementara itu, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Muhammad Nur mengatakan, dengan dibangun beberapa pembangkit listrik tersebut pemerintah sebaiknya membatalkan rencana pembangunan PLTA Tampur yang berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser. Masih ada potensi listrik di luar kawasan hutan lindung yang bisa dimanfaatkan, seperti tenaga panas bumi Seulawah Aceh Besar dan Geureudong Aceh Utara.