Pasokan bawang putih ke wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta semakin menipis. Akibatnya, komoditas tersebut meningkat harganya hampir dua kali lipat dari harga normal. Operasi pasar menjadi opsi yang dapat dilakukan untuk mengontrol harga komoditi tersebut agar kembali stabil.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pasokan bawang putih ke wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta semakin menipis. Akibatnya, harga komoditas tersebut meningkat hampir dua kali lipat dari harga normal. Operasi pasar menjadi opsi yang dapat dilakukan untuk mengontrol harga komoditas tersebut agar kembali stabil.
Menurut data dari Tim Pengendali Inflasi Daerah Istimewa Yogyakarta (TPID-DIY), harga bawang putih masih sebesar Rp 33.850 per kg pada akhir Februari. Harga tersebut secara konsisten naik memasuki pertengahan April, yaitu Rp 42.000 per kg. Saat ini rata-rata harga bawang putih Rp 54.000 per kg. Angka kenaikannya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan harga normal yang hanya sekitar Rp 30.000-35.000 per kg.
”Tiga hari terakhir pasokan bawang putih sangat sedikit. Hanya 1 ton per hari untuk satu pasar ini. Padahal, biasanya paling tidak dalam sehari kami dapat kiriman 5 ton,” kata Mujiwati (53), pedagang bawang putih, di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Kamis (2/5/2019).
Mujiwati mengungkapkan, pasokan bawang putih sebanyak 1 ton itu tergolong sedikit karena setidaknya satu pedagang bisa menjual hingga 500 kg per hari saat sedang banyak permintaan. Jika permintaan tidak terlalu banyak, setidaknya 200 kg per hari bisa dijualnya.
Tiga hari terakhir pasokan bawang putih sangat sedikit. Hanya 1 ton per hari untuk satu pasar ini. Padahal, biasanya paling tidak dalam sehari kami dapat kiriman 5 ton.
Operasi pasar
Pada Sabtu (27/4/2019) lalu, TPID-DIY mengadakan operasi pasar dengan menjual bawang putih sebanyak 8 ton. Harapannya, pedagang bisa menjual lagi dengan harga Rp 32.000-Rp 37.000 per kg sehingga bisa mengendalikan harga bawang putih agar tidak terlalu tinggi.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY Yanto Aprianto mengatakan, operasi pasar yang digelar tersebut ternyata belum cukup efektif menekan harga bawang putih. Hal tersebut dibuktikan dari harga pasaran bawang putih yang masih berada jauh di atas harga normalnya.
Yanto menduga, kondisi itu disebabkan oleh terbatasnya stok bawang putih. Padahal, permintaan pasar terhadap komoditas tersebut sangat tinggi.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhaya mengatakan, pihaknya berencana mengusahakan kiriman bawang putih sebanyak 30 ton ke DIY. Ia berharap usaha tersebut berdampak signifikan terhadap penurunan harga bawang putih agar bisa dijangkau dengan mudah oleh masyarakat.
”Kami akan coba mengirim dari Solo. Semoga ini memberikan dampak signifikan terhadap harga bawang putih,” kata Wisnu.
Wisnu menambahkan, kapal-kapal importir bawang putih juga sebenarnya telah merapat ke Indonesia. Ia berharap komoditas tersebut bisa segera didistribusikan ke pasar untuk secepatnya menekan peningkatan harga yang terjadi secara konsisten itu.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta Gatot Saptadi menyampaikan, TPID-DIY harus bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mengendalikan naik turunnya harga kebutuhan pokok. Kerja sama yang baik sangat diperlukan untuk mengawal harga kebutuhan pokok itu agar tidak menyengsarakan masyarakat.
”Ada langkah-langkah pemantauan yang bisa dilakukan sejak dini. Tujuannya, untuk membuat harga-harga ini stabil. Kita harus punya perangkat daerah yang cukup solid untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok ini,” kata Gatot.