JAKARTA, KOMPAS - Kebijakan wajib registrasi nomor prabayar dengan validasi data tunggal kependudukan mendorong konsumen terbiasa isi ulang pulsa dibandingkan dengan membeli-memakai-membuang kartu prabayar. Kondisi tersebut mulai terlihat di beberapa operator telekomunikasi seluler.
Chief Commercial Officer Hutchison Tri Indonesia Dolly Susanto, di sela-sela acara buka puasa bersama media, Selasa (7/5/2019), di Jakarta, mengatakan, tingkat perpindahan pelanggan ke operator lain atau churn rate saat ini di bawah 10 persen. Saat ini, jumlah pelanggan Tri stabil di kisaran 38 juta orang. Dari jumlah itu, sekitar 98 persen di antaranya gemar isi ulang pulsa.
Pemerintah resmi memberlakukan registrasi ulang nomor pelanggan kartu perdana prabayar jasa telekomunikasi yang divalidasi dengan data tunggal kependudukan pada 31 Oktober 2017 dan berakhir 30 April 2018.
Kebijakan wajib registrasi nomor prabayar dengan validasi data tunggal kependudukan juga berlaku bagi pelanggan baru operator telekomunikasi seluler.
Dolly mengemukakan, sebelum kebijakan itu berlaku, rata-rata pengeluaran seorang pelanggan untuk isi ulang pulsa sekitar Rp 35.000. Akan tetapi, kini, rata-rata nilai pengeluaran naik menjadi antara Rp 50.000-Rp 100.000 per orang.
Menjelang momen tertentu, seperti mudik dan perayaan Hari Raya Idul Fitri, pelanggan umumnya menambah nilai pengeluaran isi ulang pulsa hingga 30 persen lebih banyak.
Kondisi tersebut berdampak kepada struktur pendapatan perusahaan. Kontribusi hasil berjualan kartu perdana nomor prabayar terhadap total pendapatan usaha mulai mengecil. Sebaliknya, pendapatan perusahaan dari hasil menjual layanan isi ulang perlahan meningkat.
Pelanggan utama Tri adalah anak muda berusia 15-35 tahun. Dalam sebulan, rata-rata mereka mengisi ulang pulsa sampai empat kali.
"Kalau pelanggan usia muda dan sudah bekerja, isi ulang pulsa biasanya terjadi satu kali dalam sebulan. Akan tetapi, untuk pelanggan sekolah menengah atas dan mahasiswa, kebiasaan isi ulang bisa berlangsung setiap minggu atau setiap hari tergantung uang saku," kata Dolly.
Vice President of Network Strategic Planning and Customer Experience Management Tri, Gustiansyah Wilson, mengklaim, 95 persen dari 38 juta total pelanggan menggunakan ponsel pintar. Artinya, pelanggan tersebut sudah terbiasa mengkonsumsi data. Isi ulang pulsa dipakai untuk mengakses internet.
Untuk meningkatkan kualitas layanan data, dia menyebutkan, perusahaan membangun 8.000 unit pemancar baru berteknologi 4G. Pembangunan infrastruktur ini ditargetkan selesai akhir 2019.
"Saat ini, separo dari total pemancar baru sudah siap dipakai," ujar Gustiansyah. (MED)