Sektor Konsumsi Bisa Jadi Penyelamat Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan ekstra untuk meningkatkan pertumbuhan konsumsi masyarakat di sepanjang sisa tahun ini. Kebijakan itu penting untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan ekstra untuk meningkatkan pertumbuhan konsumsi masyarakat di sepanjang sisa tahun ini. Kebijakan itu penting untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen.
Pada triwulan I-2019, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tercatat 5,07 persen. Pertumbuhan ini berada di bawah konsensus ekonom dan pelaku pasar yang memprediksi pertumbuhan PDB triwulan I-2019 mencapai 5,2 persen.
Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi yang tertinggi. Pertumbuhan PDB triwulan I-2018 ialah 5,06 persen dan pada triwulan I-2017 hanya 5,01 persen.
Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, Selasa (7/5/2019), di Jakarta, mengatakan, pelemahan ekonomi global cukup berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Dengan struktur ekonomi yang ada, harapan untuk meningkatkan PDB tahun ini bergantung pada sektor konsumsi.
”Pada triwulan-triwulan selanjutnya, pertumbuhan ekonomi atau PDB harus bisa berada di kisaran rata-rata 5,3 persen supaya pertumbuhan PDB Indonesia bisa mencapai batas atas 5,2 persen,” ujarnya.
Momentum Ramadhan dan hari raya Idul Fitri menjadi modal bagi pertumbuhan konsumsi sehingga diharapkan kontribusi terhadap PDB dapat lebih baik. Pada triwulan II-2019, pemerintah harus mampu merangsang konsumsi rumah tangga agar dapat tumbuh 5,5 persen.
Menurut Lana, pertumbuhan belanja pemerintah juga harus bisa didorong pada angka sekitar 8 persen. Selain itu, pertumbuhan investasi harus kembali sekitar 10 persen, baik penanaman modal asing (PMA) maupun dalam negeri (PMDN).
Selain itu, pertumbuhan ekspor setidaknya harus berada di angka 3 persen, sedangkan impor harus dapat dikurangi hingga 10 persen. Pemerintah, lanjutnya, harus jeli mendorong sektor ekonomi produktif untuk bisa tumbuh lebih kuat, seperti sektor pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi, dan pertambangan.
Kepala Ekonom PT Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro berharap pemerintah dan bank sentral mengeluarkan kebijakan yang lebih efektif untuk menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan-triwulan berikutnya.
”Pertumbuhan ekonomi 5 persen mungkin terlihat sehat. Namun, pencapaian ini relatif rendah mengingat adanya stimulus kegiatan pemilu (pemilihan umum),” ujarnya.
Dana kegiatan pemilu yang mencapai Rp 33,73 triliun dan bantuan sosial Program Keluarga Harapan senilai Rp 38 triliun sebelumnya diharapkan memberikan efek positif terhadap konsumsi pada triwulan I-2019.
Secara historis, menurut Putera, pemilu berkontribusi hingga 0,2 persen terhadap pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun. Namun, pada triwulan I-2019, pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya mencapai 5,01 persen. Pertumbuhan ini jadi yang terlambat dalam empat triwulan terakhir.
Optimisme membaik
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika menilai, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07 persen menunjukkan, perekonomian nasional bergerak ke arah yang positif di tengah pelambatan dan ketidakpastian perekonomian global.
”Realisasi yang dapat dijaga di atas 5 persen itu menunjukkan optimisme dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi agar mampu mencapai target APBN 2019,” kata Erani dalam pernyataan tertulisnya.
Di samping itu, menurut dia, pertumbuhan yang positif di sektor perdagangan menunjukkan, geliat permintaan dan penjualan terus membaik. Ia menambahkan, sektor konstruksi yang masih mampu tumbuh di atas 5 persen juga menunjukkan, dampak positif kebijakan pembangunan infrastruktur masih terasa.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi, yaitu sebesar 2,75 persen, diikuti pembentukan modal tetap bruto sebesar 1,65 persen dan ekspor neto sebesar 1,16 persen.
”Membaiknya konsumsi rumah tangga tidak lepas dari terkendalinya tingkat inflasi sehingga menjaga daya beli,” ujarnya.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2019 sebesar 5,07 persen semestinya tidak membuat pelaku pasar keuangan pesimistis.
”Prospek perekonomian Indonesia ke depan, laju perekonomian di kuartal I 2019 ini masih menunjukkan struktur perekonomian domestik yang solid,” ujarnya.
Nanang mengatakan, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2019 ini di bawah ekspektasi Bank Sentral yang sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2 persen. Namun, BI meyakini, realisasi pertumbuhan ekonomi awal ini tidak akan memberikan sentimen negatif bagi pergerakan kurs nilai tukar rupiah.