Harga pembelian gula petani di Malang, Jawa Timur, pada awal musim giling tahun ini membaik dibandingkan dengan 2018. Saat ini, harga gula mencapai Rp 11.000 per kilogram, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu yang ada di kisaran Rp 9.700 per kg.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Harga pembelian gula petani di Malang, Jawa Timur, pada awal musim giling tahun ini membaik dibandingkan dengan 2018. Saat ini, harga gula mencapai Rp 11.000 per kilogram, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu yang ada di kisaran Rp 9.700 per kg.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Wilayah Kebonagung, Malang, Dwi Irianto, Rabu (15/5/2019), mengatakan, petani mendapatkan angin segar pada awal musim giling tahun ini meski harga pembelian pemerintah (HPP) belum ditentukan. Tahun 2018, HPP Rp 10.700 per kg.
”HPP belum ditentukan. Hanya harga gula di pasaran agak membaik. Saat ini, rata-rata gula kita dibeli Rp 11.000 per kg oleh investor,” ujarnya.
Musim giling tebu 2019 di Malang dimulai awal Mei dan berakhir November atau selama tujuh bulan.
Menurut Irianto, petani menyambut baik harga gula saat ini karena tahun lalu gula yang digiling pabrik gula (PG) swasta tidak dibeli pemerintah.
Perum Bulog hanya membeli gula produksi PG milik badan usaha milik negara. Akibatnya gula produksi PG swasta di pasaran jatuh akibat membanjirnya gula impor.
Terkait dengan HPP, menurut Irianto, petani mengusulkan Rp 11.000 per kg karena mengacu pada biaya pokok produksi (BPP) yang saat ini mencapai Rp 10.900 per kg.
”Tim independen Kementerian Pertanian yang berkeliling memutuskan HPP Rp 10.500 per kg. Namun, HPP domain Menteri Perdagangan (Mendag). Pak Mendag mau tetapkan berapa? Ini yang belum,” katanya.
Menurut Irianto, produksi gula Indonesia 2,2 juta ton belum mencukupi kebutuhan yang mencapai 5,5 juta ton sehingga impor tetap dibutuhkan.
Namun, harapan petani, gula impor diarahkan sesuai peruntukan. Ia mencontohkan, jika peruntukan konsumsi, maka gula impor dikirim ke pabrik gula yang bermitra dengan petani yang sejak awal membutuhkan gula konsumsi.
”Begitu pula dengan gula rafinasi. Kalau impor untuk rafinasi, ya, diarahkan ke gula rafinasi. Jadi harus ada kejalasan. Dengan begitu, petani akan tetap punya peluang dan menjadi bergairah lagi dalam menanam tebu,” ucapnya.
PG Kebonagung (swasta) sendiri tahun ini menargetkan bisa menggiling 20 juta kuintal tebu. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan selama 2018 yang hanya di kisaran 18,4 juta kuintal dari target 19 juta kuintal.
M Nasir, salah satu petani tebu di Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, berharap, membaiknya harga gula bisa berlangsung hingga akhir musim giling. Sebab, berdasarkan informasi yang ia dengar, harga Rp 11.000 per kg hanya berlangsung selama Mei atau sebelum Lebaran.
”Kalau Rp 11.000 per kg ini sudah pas sehingga 1 kuintal tebu yang masuk ke PG bisa mencapai Rp 60.000. Ini cukup membantu petani, sudah seimbang dengan biaya tanam. Tahun-tahun sebelumnya tidak sampai segitu, kadang hanya laku di bawah Rp 50.000 per kuintal (100 kg),” ucapnya.