Dinamika politik akibat Pemilu 2019 turut berimbas pada melemahnya penjualan mobil.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinamika politik akibat Pemilu 2019 turut berimbas pada melemahnya penjualan mobil.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, penjualan mobil pabrikan ke dealer (wholesale) pada triwulan I-2019 turun 13,1 persen dibandingkan dengan triwulan I-2018.
Jika di tiga bulan pertama tahun 2018 bisa terjual 292.031 unit, di tiga bulan pertama tahun 2019 yang terjual sebanyak 253.863 unit.
Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan, melemahnya penjualan mobil tidak hanya di tiga bulan pertama 2019, tetapi masih berlanjut sampai saat ini.
”Dinamika tahun politik ada dampaknya, selain karena faktor pertumbuhan ekonomi. Orang jadi agak menunda pembelian. Mudah-mudahan setelah Lebaran ada peningkatan penjualan sehingga target 1,1 juta unit untuk tahun ini bisa tercapai,” katanya kepada Kompas, Selasa (21/5/2019).
Dinamika politik juga berimbas pada pendapatan perusahaan jasa pelayanan terminal kendaraan, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC).
Direktur Utama IPCC Chiefy Adi Kusmargono mengatakan, pendapatan perusahaan pada triwulan I-2019 baru sebesar Rp 117,4 miliar. Nilai itu hanya tumbuh 1,98 persen dari pendapatan Rp 115,12 miliar pada triwulan I-2018.
”Pada tahun politik ini semuanya masih menunggu dan melihat," ujarnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Menurut data IPCC, dalam waktu Januari hingga Maret 2019, distribusi kendaraan alat berat melalui terminal domestik hanya 3.068 unit atau menurun dari sekitar 7.200 unit pada triwulan I-2018.
Sementara distribusi mobil dalam bentuk utuh mencapai 18.000 unit atau naik dari 14.000 unit kendaraan pada periode sama pada 2018. Kendati demikian, angka itu masih terbilang lebih rendah daripada biasanya.
”Kami berharap pendapatan perusahaan dapat tumbuh lebih baik pada semester kedua,” kata Chiefy.
Berbeda dengan penjualan mobil, penjualan sepeda motor tidak terimbas dinamika politik. Hal itu setidaknya terlihat dari penyaluran kredit motor oleh PT Federal Internasional Finance (FIF) Group, anak usaha Astra International.
Direktur Keuangan FIF Group Hugeng Gozali mengatakan, penjualan motor di bawah merek FIF Astra antara triwulan pertama tahun ini dan 2018 tidak banyak berubah.
”Kami justru melihat setelah pemilu permintaan mulai naik, apalagi menjelang hari raya (Idul Fitri) nanti. Kami optimistis pasar motor masih tumbuh sampai akhir tahun,” ujarnya.
Pada triwulan pertama 2019, kontribusi pembiayaan FIF Group terbesar ada pada penyaluran kredit motor baru, yakni sekitar 50 persen. Kemudian, diikuti hampir 30 persen motor bekas, dan kurang dari 10 persen untuk barang elektronik.
Pada periode itu, FIF Group menyalurkan kredit untuk pembiayaan motor hingga Rp 9,1 triliun. Jumlah pembiayaan itu tumbuh 7,7 persen dari total pembiayaan Rp 8,5 triliun pada periode yang sama tahun 2018. Jelang Lebaran pada awal Juni, Hugeng memprediksi penyaluran kredit sepeda motor akan naik 10-15 persen.