PT Rote Karginan Nusantara yang memiliki pabrik pengolahan rumput laut di Desa Tablolong Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur mengekspor rumput laut hasil olahan ke Argentina sebanyak 25 ton. Ini merupakan ekspor pertama langsung dari NTT. NTT memiliki kwalitas rumput laut sangat kompetitif dan potensi budidaya masih sangat terbuka. Oktober, NTT juga mengekspor perdana kelor ke Jepang.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — PT Rote Karginan Nusantara yang memiliki pabrik pengolahan rumput laut di Desa Tablolong, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengekspor rumput laut hasil olahan ke Argentina sebanyak 25 ton. Ini merupakan ekspor pertama langsung dari NTT.
NTT memiliki kualitas rumput laut sangat kompetitif dan potensi budidaya masih sangat terbuka. Oktober, NTT juga mengekspor perdana kelor ke Jepang.
Direktur Utama PT Rote Karaginan Nusantara Harris Sastra Lino pada acara peluncuran ekspor perdana rumput laut di Pelabuhan Tenau, Kupang, Selasa (28/5/2019), mengatakan, perusahaan ini memulai usaha budidaya rumput laut di Rote, Alor, Maluku Tenggara Barat, dan Kupang pada 2016. PT Rote Karginan Nusantara (RKN) mulai produksi rumput laut 2017 setelah membangun pabrik di Desa Tablong, Kabupaten Kupang.
Selain budidaya rumput laut, kami juga membeli rumput laut kering dari masyarakat, dengan harga Rp 20.000-Rp 23.000 per kilogram. Harga ini tergantung jarak dari pabrik.
”Sebelumnya, rumput laut milik petani dan nelayan ini jarang dipasarkan karena tidak ada yang mau beli. Sekarang, RKN menjamin membeli semua rumput laut yang dibudidaya masyarakat, kini mereka rajin merangkai anakan rumput laut di pantai,” kata Harris.
Ia mengatakan, RKN mengembangkan dua jenis rumput laut, yakni kotoni (Kappaphycus alvarezii) dan spinosum (Eucheuma denticulatum).
Dua jenis rumput laut ini memiliki kualitas terbaik secara nasional. Semua ahli rumput laut mengakui kualitas dua jenis rumput laut ini dari NTT, saat pameran rumput laut di beberapa tempat di Indonesia. Rumput laut antara lain digunakan untuk kosmetik, obat-obatan, dan makanan.
Sebelumnya, rumput laut milik petani dan nelayan ini jarang dipasarkan karena tidak ada yang mau beli. Sekarang, RKN menjamin membeli semua rumput laut yang dibudidaya masyarakat, kini mereka rajin merangkai anakan rumput laut di pantai,
Luas pabrik pengolahan rumput laut di Kupang 8 hektar, mempekerjakan 170 pekerja local. Kapasitas produksi 800 ton rumput laut kering setiap tahun. Ada dua tipe rumput laut yang diolah, yakni powder dan chips. Harga rumput laut jenis ini di luar negeri 8-11 dollar Amerika Serikat per kg.
Ekspor ini dilakukan berkesinambungan. Pada Oktober mendatang akan diekspor tahap kedua ke Jerman. Setiap tahun dua kali ekspor ke luar negeri, sesuai persediaan rumput laut.
Gubernur NTT Viktor Laiskodat ketika meluncurkan ekspor perdana rumput laut dari pelabuhan Tenau, Kupang, mengatakan, selama ini ekspor produk NTT lewat Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, dan kini langsung dari Kupang.
”Ekspor langsung dari NTT dimungkinkan karena produk yang dikirim memenuhi standar kebutuhan internasional. Ini ekspor perdana selama 61 tahun provinsi NTT berdiri. Setelah rumput laut, produk lain berpeluang diekspor langsung dari NTT, termasuk kelor yang rencananya Oktober 2019 ke Jepang,” kata Laiskodat.
Ia mengatakan, kepercayaan dunia internasional dan semua pihak akan produk-produk dari NTT perlu dijaga. Kelemahan dari NTT adalah sumber daya manusia. Tetapi perusahaan yang menangani produk tersebut didorong agar selalu menjaga kualitas barang yang dikirim.
Kualitas rumput laut dari NTT sangat kompetitif dan cukup diminati di dalam dan luar negeri. Petani rumput laut didorong melakukan budidaya rumput laut sebanyak mungkin.
Belum maksimal
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Ganef Wurgiyanto mengatakan, panjang garis pantai NTT mencapai 5.700 km dengan luas laut 15.141.773,10 hektar. Kawasan pantai yang baru tergarap untuk pengembangan rumput laut sekitar 500 km. Pengembangan budidaya rumput laut masih terbuka.
”Jumlah pulau di NTT sebanyak 1.192 buah, sebagian besar pulau memiliki pantai yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut. Kehadiran RKN di Kupang menampung rumput laut sebagian besar dari Kupang dan Rote. Jika RKN membuka cabang di setiap pulau untuk mengelola rumput laut, itu lebih baik,” kata Ganef.