Giliran Kawasan Wisata Ampel Surabaya Dikembangkan
Pemerintah Kota Surabaya terus mengembangkan berbagai kawasan wisata di beberapa titik, seperti kawasan kota tua, kampung lawas, termasuk kawasan wisata Ampel. Wisata religi Ampel selama ini menjadi salah satu tujuan berkunjung ke Kota Surabaya karena Ampel dan sekitarnya memiliki nilai sejarah masa lalu yang luar biasa.
Oleh
AGNES SWETTTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya terus mengembangkan berbagai kawasan wisata di beberapa titik, seperti kawasan kota tua, kampung lawas, termasuk kawasan wisata Ampel. Wisata religi Ampel selama ini menjadi salah satu tujuan berkunjung ke Kota Surabaya karena Ampel dan sekitarnya memiliki nilai sejarah masa lalu yang luar biasa.
Untuk mengembangkan kawasan wisata religi ini, Pemeritah Kota Surabaya, kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Senin (3/6/2019), berencana memindahkan kantor Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PD RPH) termasuk RPH Pegirikan yang masuk dalam wilayah Wisata Ampel.
RPH Pegirikan yang berusia 60 tahun dengan lahan seluas 1,5 hektar merupakan RPH terbesar di Kota Surabaya akan dipindahkan ke daerah Tandes. Di lokasi baru itu, Pemkot Surabaya memiliki aset seluas 1,4 hektar yang selama ini digunakan oleh PT Abbattoir Surya Jaya.
Lahan seluas 1,4 hektar itu sudah diambil alih oleh Pemkot Surabaya sehingga bisa dipakai utuk RPH yang dari Ampel karena sudah menjadi tempat wisata.
”Ke depan, kawasan Ampel benar-benar murni menjadi tempat wisata,” ujarnya. Di daerah Tandes itu merupakan wilayah pergudangan sehingga semua RPH akan dipindahkan ke sana. Dengan demikian di wilayah Ampel tak akan ada lagi proses pemotongan hewan yang juga memproduksi limbah.
Kompleks Masjid Sunan Ampel Surabaya terletak di Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir dengan luas 120 x 180 meter persegi ini didirikan tahun 1421 oleh Sunan Ampel. Setiap hari ribuan orang menghabiskan waktu dengan berzikir dan mengaji. Pada hari biasa, kompleks makam ini rata- rata dikunjungi 1.000 orang dan saat bulan Ramadhan pengunjung bisa mencapai 10.000 orang per hari. Sunan Ampel adalah satu dari sembilan wali, atau Wali Songo, yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-17. Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Muhammad Ali Rahmatullah.
Tidak ada bukti sejarah yang menyebutkan kapan Sunan Ampel meninggal, meski ada yang menyebutkan ia meninggal satu tahun setelah pembangunan Masjid Ampel. Di kompleks ini terdapat beberapa makam antara lain makam Sunan Ampel bersama istri dan anak-anaknya, makam pahlawan KH Mas Mansyur, makam Mbah Soleh, murid Sunan Ampel yang setia merawat masjid ini.
Wali Kota Risma menyebut, saat ini, pihaknya sedang melakukan appraisal atau penilaian terhadap nilai lahan di Tandes yang akan digunakan untuk RPH. Oleh karena itu, pemindahannya harus setara sehingga perlu dihitung nilai seluruh aset di Pegirian atau kawasan Ampel itu, serta aset seluruhnya di lokasi baru di Tandes.
Risma mengungkapkan, di Tandes itu, Pemkot Surabaya akan membuat pengolahan limbah modern karena tempat itu akan menjadi rumah pemotongan hewan. Ia juga memastikan bahwa jika dihitung secara kasar atau penghitungan sementara, nilai aset di Tandes lebih tinggi daripada RPH yang di Ampel. ”Nanti sisanya bisa dijadikan investasi untuk membangun dan investasi lain,” katanya.
Sementara itu, khusus bekas kantor RPH Surabaya yang ada di kawasan Ampel bisa digunakan sebagai kantor pemerintahan, seperti kantor kelurahan atau puskesmas. Bahkan sebagian lahan RPH bisa digunakan untuk lahan parkir sehingga tidak ada lagi kendaraan yang diparkir di pinggir jalan.
Dengan dikembangkannya kawasan wisata religi Ampel, tempat wisata di Kota Surabaya terus bertambah. Saat ini paling tidak ada 400 taman dengan setiap taman memiliki tema. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan, penambahan spot untuk berfoto bagi wisatawan akan terus bertambah.
Berbagai daya tarik diciptakan agar wisatawan semakin banyak berkunjung ke kota dengan penduduk sekitar 3,2 juta ini. Aman dan nyaman merupakan salah satu alasan wisatawan untuk mengunjungi ”Kota Pahlawan”. Dua faktor ini menjadi indikator orang luar ingin sekali mengunjungi kota ini.
Banyak daya tarik
Tahun 2018, ketika bom bunuh diri mengguncang kota ini, kata Antiek, kunjungan wisatawan tetap membeludak. Berdasarkan data terakhir, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Surabaya pada akhir Desember 2018 sebanyak 19 juta orang. Adapun sepanjang 2017, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 24 juta orang yang sekitar 70 persen merupakan wisatawan domestik. Penurunan jumlah wisatawan pada 2018 karena adanya teror bom, beberapa kapal pesiar batal sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Surabaya, menurut Antiek, kini memiliki banyak pesona yang membuat suasana hati damai. Banyak terdapat ruang terbuka hijau dan ruang publik yang begitu tertata dan tertib, menarik minat wisatawan dari daerah bahkan dari luar negeri datang ke Surabaya.
Apalagi sekarang tak hanya kampung lawas, tetapi juga kawasan kota tua di Surabaya utara mulai ditata kembali. ”Spot obyek wisata, mulai situs budaya, bersejarah, spot foto kekinian, air mancur, hingga seluruh taman sangat memanjakan mata dan membuat suasana hati senang,” ujar Antiek.