Lumpuhnya akses Jalan Trans-Seram yang menghubungkan tiga kabupaten di Pulau Seram, Maluku, masih berlangsung hingga Sabtu (8/6/2019) atau empat hari setelah putusnya jembatan serta amblasnya jalan akibat banjir dan longsor. Arus balik dari Pulau Seram tersendat. Pemerintah daerah menjamin jalur tersebut sudah dapat dilewati kendaraan pada hari Senin, pekan depan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Lumpuhnya akses Jalan Trans-Seram yang menghubungkan tiga kabupaten di Pulau Seram, Maluku, masih berlangsung hingga Sabtu (8/6/2019) atau empat hari setelah putusnya jembatan serta amblasnya jalan akibat banjir dan longsor. Arus balik dari Pulau Seram tersendat. Pemerintah daerah menjamin jalur tersebut dapat dilewati kendaraan pada hari Senin, pekan depan.
Tiga kabupaten dimaksud adalah Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur. Jalan Trans-Seram merupakan urat nadi transportasi di Pulau Seram. Jalur itu menjadi jalur utama distribusi logistik. Saat ini jalur sepanjang 914 kilometer itu paling banyak dilewati pemudik.
”Tim kami sedang bertugas di lapangan untuk mempercepat proses pemulihan jalur tersebur. Ini jalur utama. Senin pekan depan, jalur ini sudah bisa digunakan,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku Ismail Usemahu kepada Kompas di Ambon.
Ismail menyebutkan, terdapat tiga titik lokasi yang menyebabkan jalur Trans-Seram lumpuh, yaitu putusnya dua jembatan yang berada di kawasan Elpaputih dan Taniwel. Selain itu, satu ruas jalan di Elpaputih juga amblas. Solusi untuk jembatan yang putus, pihaknya menggunakan jembatan darurat bailey, sedangkan jalan yang amblas akan ditimbun material batu, pasir, dan batang kelapa.
Tim kami sedang bertugas di lapangan untuk mempercepat proses pemulihan jalur tersebur. Ini jalur utama. Senin pekan depan, jalur ini sudah bisa digunakan. (Ismail Usemahu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku)
Lumpuhnya akses jalan itu terjadi setelah hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut selama beberapa hari. Curah hujan mencapai 195 milimeter per hari atau tergolong ekstrem. Air sungai meluap lalu menerjang jembatan. Hujan juga menyebabkan kondisi tanah menjadi labil kemudian amblas. Di beberapa titik terjadi longsor.
Menurut Ismail, pemerintah akan menganggarkan untuk perbaikan infrastruktur yang rusak itu pada tahun ini. ”Ini kondisi daurat yang tidak perlu melewati mekanisme panjang, terlebih lagi jalur Trans-Seram merupakan jalur utama di Maluku,” katanya.
Arus balik terganggu
Lumpuhnya jalur Trans-Seram menyebabkan pergerakan arus balik dari Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Maluku Tengah yang hendak melewati penyeberangan dari Pelabuhan Waipirit di Pulau Seram ke Pelabuhan Hunimua di Pulau Ambon tersendat. Mereka yang hendak kembali ke Ambon itu melewati jalur alternatif, yaitu penyeberangan dari Pelabuhan Amahai.
Pemerintah seharusnya bisa menggerakkan kapal ASDP atau kapal perintis untuk mengangkut penumpang dari Amahai ke Ambon. Sepertinya ada pembiaran.
Namun, kapal yang tersedia hanya dua kali berlayar untuk satu hari. Kendati kondisi itu sudah berlangsung selama empat hari, belum ada langkah cepat yang diambil pemerintah. ”Pemerintah seharusnya bisa menggerakkan kapal ASDP atau kapal perintis untuk mengangkut penumpang dari Amahai ke Ambon. Sepertinya ada pembiaran,” kata Faizal Rumain, warga Seram Bagian Timur.
Sementara itu, intensitas hujan di Pulau Ambon mulai reda. Sepanjang Sabtu, awan mendung yang bergelayut di langit Ambon mulai bergeser. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, cuaca di Ambon masih labil. Hujan berpotensi sering terjadi selama beberapa hari ke depan.
Secara periodik, mulai Mei hingga Agustus, wilayah Ambon berada pada musim hujan. Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon O Sem Wilar mengimbau warga agar selalu waspada terhadap potensi banjir dan longsor. Kota Ambon merupakan salah satu wilayah di Maluku yang rawan banjir dan longsor. Tujuh tahun silam, belasan orang meninggal akibat longsor.