Inflasi pada Mei 2019 dinilai menguatkan optimisme bahwa konsumsi rumah tangga dapat menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2019. Angka inflasi inti tahunan di atas 3 persen menunjukkan terjaganya daya beli masyarakat.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Inflasi pada Mei 2019 dinilai menguatkan optimisme bahwa konsumsi rumah tangga dapat menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2019. Inflasi 0,68 persen pada Mei 2019 mencerminkan terjaganya daya beli masyarakat sepanjang periode Ramadhan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks harga konsumen pada Mei 2019 sebesar 137,4 dengan tingkat inflasi bulanan mencapai 0,68 persen. Secara tahunan (Mei 2019 dibandingkan Mei 2018), inflasi mencapai 3,32 persen, sementara inflasi sepanjang kalender (Januari-Mei 2019) mencapai 1,48 persen.
Jika ditilik dari komponennya, tingkat inflasi inti pada Mei 2019 sebesar 0,27 persen. Secara tahunan, tingkat inflasinya mencapai 3,12 persen. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto, angka inflasi inti tahunan di atas 3 persen menunjukkan terjaganya daya beli masyarakat.
Angka inflasi inti tahunan di atas 3 persen menunjukkan terjaganya daya beli masyarakat.
Dengan terjaganya daya beli masyarakat, konsumsi rumah tangga dapat menguat. ”Imbasnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan-II 2019. Hal ini menjadi kunci pertumbuhan (ekonomi) di tengah tantangan ekspor,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (10/6/2019).
Senada dengan Suhariyanto, ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, berpendapat, angka inflasi inti pada Mei 2019 mengindikasikan pertumbuhan konsumsi masyarakat.
”Pada triwulan II-2019, perekonomian nasional dapat tumbuh lebih solid sebagai dampak dari ekonomi Ramadhan-Lebaran,” kata Josua saat dihubungi secara terpisah.
Berdasarkan analisisnya, Josua memprediksi, konsumsi rumah tangga dapat tumbuh sebesar 5,05-5,10 persen secara tahunan pada triwulan II-2019. Pada periode ini, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada pada puncaknya jika dibandingkan sepanjang 2019.
Angka pertumbuhan tersebut didasari oleh sejumlah stimulus untuk mendorong konsumsi rumah tangga. Josua mencontohkan, adanya tunjangan hari raya dan kenaikan gaji pegawai negeri sipil dapat menjadi pemicunya.
BPS mencatat, perekonomian Indonesia tumbuh 5,07 persen pada triwulan I-2019. Berdasarkan pengeluaran produk domestik bruto (PDB), konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01 persen pada triwulan I-2019 dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan andil sebesar 56,82 persen.
Sementara itu, pada triwulan II-2018, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,16 persen secara tahunan. Angka pada periode tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 2018.
Secara umum, Josua berpendapat, angka inflasi pada Mei 2019 menunjukkan pemerintah berhasil mengendalikan harga sepanjang periode Ramadhan. Menurut dia, hal ini mencerminkan adanya koordinasi di tingkat Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Tim Pengendali Inflasi Daerah.