JAKARTA, KOMPAS — PT AXA Mandiri Financial Services menyasar nasabah kelas atas dengan mengeluarkan produk terbaru Mandiri Wealth Plan. Perusahaan asuransi jiwa yang bekerja sama dengan bank atau bancassurance itu mengincar pasar baru sebagai alternatif pendapatan premi di tengah keringnya industri asuransi.
AXA Mandiri memperkenalkan Mandiri Wealth Plan kepada nasabahnya yang merupakan kalangan privat dan prioritas pada Selasa (25/6/2019) di Hotel Mulia, Jakarta. Produk tersebut ditawarkan terbatas hanya untuk segmen kelas atas.
”Kali ini kita memenuhi segmen kebutuhan khusus nasabah privat dan prioritas. Kami ingin menggabungkan solusi proteksi dan investasi yang berimbang,” kata Presiden Direktur AXA Mandiri Handojo G Kusuma.
Minimum premi produk tersebut adalah Rp 100 juta per tahun. Total premi akan masuk semuanya ke investasi. Sementara itu, dari sisi proteksi, nasabah akan mendapatkan uang pertanggungan mencapai lima kali premi.
Handojo mengatakan, nasabah akan mendapatkan dua keuntungan maksimal dari sisi proteksi dan investasi. ”Kami ingin nasabah semakin terbuka bagaimana produk asuransi menjadi alternatif melindungi diri sekaligus investasi yang maksimal,” ujarnya.
AXA Mandiri mengincar investasi jangka menengah hingga panjang dari para nasabah kelas atas.
Targetnya, Mandiri Wealth Plan mampu menarik pendapatan hingga Rp 300 miliar pada akhir 2019. Hal itu untuk mendukung target keseluruhan produksi bisnis yang mencapai Rp 3 triliun.
Produk baru itu merupakan cara AXA Mandiri bertahan dari lambatnya pendapatan premi industri asuransi. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, pertumbuhan pendapatan premi asuransi jiwa menurun 11,6 persen secara tahunan menjadi Rp 46,4 triliun pada triwulan I-2019.
Sementara itu, pendapatan premi dari bancassurance menurun lebih drastis, yakni 22 persen. Padahal, kontribusi bancaassurance terhadap total pendapatan premi industri asuransi mencapai 40 persen.
Sebagai pemanfaat bancassurance, AXA Mandiri sengaja meluncurkan produk baru untuk mengejar fokus di sisi proteksi. Adapun perusahaan asuransi yang bekerja sama dengan bank biasanya lebih menjual sisi investasi.
”Memang ada perlambatan karena bancassurance biasanya fokus menjual investasi. Hal ini sangat sensitif dengan pergerakan ekonomi domestik dan global. Apalagi kemarin sempat ada pemilihan presiden,” ucap Handojo.
Oleh karena itu, AXA Mandiri ingin menyeimbangkan penjualan dari sisi investasi dan proteksi. ”Kalau agen asuransi biasanya mereka tidak terpengaruh situasi ekonomi karena lebih fokus pada menjual proteksi,” kata Handojo.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan hasil investasi asuransi mencapai Rp 10,10 triliun sampai dengan April 2019 atau melonjak 339,7 persen secara tahunan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu mengatakan, kondisi investasi asuransi jiwa akan memacu pertumbuhan signifikan tahun ini. ”Tahun lalu sudah penuh tantangan, tidak usah heran semua turun. Karena sudah turun, para investor melihat harga sudah rendah sehingga saatnya masuk dan beli,” ucapnya.