Produksi Pabrik Gula Bunga Mayang Diprediksi Meningkat
Produksi gula dari Pabrik Gula Bunga Mayang, Kotabumi, Lampung Utara, pada musim giling tahun ini diprediksi meningkat dibandingkan dengan tahun lalu. Selain upaya meningkatkan kualitas tanaman, kapasitas pabrik juga akan dioptimalkan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
KOTABUMI, KOMPAS — Produksi gula dari Pabrik Gula Bunga Mayang, Kotabumi, Lampung Utara, pada musim giling tahun ini diprediksi meningkat dibandingkan dengan tahun lalu. Selain upaya meningkatkan kualitas tanaman, kapasitas pabrik juga akan dioptimalkan.
Direktur Utama PTPN VII Muhammad Hanugroho mengatakan, pabrik Gula (PG) Bunga Mayang ditargetkan dapat memproduksi gula sebanyak 60.000-62.000 ton tahun ini.
”Target produksi gula tahun ini lebih tinggi 15-20 persen dibandingkan tahun lalu,” kata Hanugroho, disela-sela acara buka giling Pabrik Gula Bunga Mayang, Kabupaten Lampung Utara, Lampung.
Acara tersebut dihadiri Direktur Operasional PT Buma Cima Nusantara Dicky Tjahyono. Perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan PTPN VII yang mengelola pabrik gula. Selain itu, hadir pula perwakilan dari petani tebu rakyat yang bekerja sama dengan PTPN VII.
Masa giling di PG Bunga Mayang berlangsung selama 104 hari. Proses penggilingan tebu menjadi gula dimulai pada 23 Juni hingga 7 Oktober 2019.
Pada 2018, produksi gula di PG Bunga Mayang tidak optimal. Selain faktor kemarau panjang, terdapat kerusakan pada komponen mesin sehingga tidak optimal saat digunakan.
Menurut Hanugroho, pihaknya telah menyiapkan strategi untuk lebih mengoptimalkan produksi gula tahun ini. Selain peningkatan mutu tanaman tebu, kondisi dan kapasitas mesin juga dioptimalkan.
Saat ini, kapasitas produksi mesin pabrik mencapai 7.000 ton per hari. Adapun tingkat rendemen ditargetkan mencapai 7,2 persen.
Manajer Kebun PT Buma Cima Nusantara Tri Widiyanto menuturkan, pihaknya mengelola 11.000 hektar kebun tebu. Sebanyak 7.000 kebun merupakan aset perusahaan, sedangkan 4.000 kebun lainnya merupakan kebun rakyat. Selama ini, pihaknya turut membina petani untuk merawat kebun dengan baik.
Selain pemupukan yang baik, petani juga diminta memanen tebu yang berusia 12-13 bulan. Tebu yang telah dipanen juga harus segera dimasukkan ke mesin penggilingan sebelum 24 jam. Hal itu untuk menjaga agar tingkat rendemen tetap tinggi.
Pemanfaatan limbah
Direktur Operasional PT Buma Cima Nusantara Dicky Tjahyono mengatakan, perusahaan memanfaatkan limbah berupa ampas tebu untuk bahan bakar. Ampas tebu yang diperoleh dari sisa penggilingan tebu dibakar untuk memanaskan boiler.
Menurut Dicky, pemanfaatan limbah itu dapat menghemat biaya produksi hingga Rp 3,2 miliar. Adapun kebutuhan limbah ampas tebu untuk bahan bakar mencapai 75 ton per jam.
Arsyad (50), petani tebu yang bermitra dengan PG Bunga Mayang, menyebutkan, panen tebu tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. ”Tahun ini, produksi tebu 75-80 ton per hektar. Tahun lalu, hanya sekitar 70 ton dan rendemennya merosot hanya 4-6 persen,” katanya.
Ketua Koperasi Petani Tebu Rakyat Bunga Mayang Jaya Suryadi Hipmi menuturkan, dengan rendemen 6-7 persen, petani bisa mendapat keuntungan sekitar Rp 20 juta per hektar. Petani berharap, pemerintah dapat menstabilkan harga gula sehingga petani dapat menikmati keuntungan.