Sejumlah petani garam di Kabupaten Brebes, Jateng mengeluhkan anjloknya harga garam di tingkat petani akibat stok gara yang melimpah. Petani berharap, pemerintah bisa memberikan solusi terkait saluran penyerapan sehingga penumpukan garam tidak terjadi dan harga stabil.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
BREBES, KOMPAS - Sejumlah petani garam di Kabupaten Brebes, Jateng mengeluhkan anjloknya harga garam di tingkat petani akibat stok gara yang melimpah. Petani berharap, pemerintah bisa memberikan solusi terkait saluran penyerapan sehingga penumpukan garam tidak terjadi dan harga stabil.
Berdasarkan penuturan para petani garam yang ditemui, Selasa (2/7/2019) di Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jateng harga garam sudah mulai turun sejak sebulan lalu. Bulan lalu, harga garam mereka laku dijual Rp 800 per kilogram. Nilai tersebut terus merosot hingga kini berada di Rp 400 per kilogram. Padahal, biaya produksi garam per kilogram garam sekitar Rp 700 - Rp 750 per kg.
Petani garam Desa Kaliwlingi, Surya (49) membiarkan 1,5 hektar lahan pengolahan garam miliknya begitu saja. Biasanya, pada musim panen seperti ini Surya dan petani garam lainnya sedang giat memanen garam. Kini, geliat itu tak terasa lagi.
"Petani garam banyak yang putus asa. Harga sedang jatuh begini membuat petani malas ke tambak," kata Surya.
Menurut Surya, harga garam yang anjlok membuat sebagian petani garam memilih untuk beralih mata pencaharian. Kebanyakan mereka beralih menjadi buruh tani dan nelayan sembari menunggu harga garam kembali normal.
Pemandangan serupa juga terjadi di gudang-gudang penyimpanan garam. Ribuan ton garam yang sebagian berasal dari produksi tahun lalu masih menumpuk di gudang. Para pengepul tak berani menjual garam miliknya pada saat harganya anjlok seperti sekarang.
Petani garam banyak yang putus asa. Harga sedang jatuh begini membuat petani malas ke tambak
Slamet Solihin (56) salah satu pengepul garam mengatakan, selama beberapa bulan belakangan dirinya belum bisa menjual garam, meskipun gudang penyimpanan miliknya sudah hampir penuh. Saat ini ada sekitar 300 ton garam yang diserap dari petani di gudang milik Slamet.
"Harapan kami pemerintah membantu membeli garam kami. Tidak usah impor lagi tahun ini, beli saja garam petani dalam negeri," ucap Slamet.
Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Brebes Gatot Rudiyono mengakui adanya penumpukan stok garam di Kabupaten Brebes. Menurut Gatot, dari sekitar 47.000 ton garam yang dihasilakan, masih ada 4.000 ton yang belum terserap.
Harapan kami pemerintah membantu membeli garam kami. Tidak usah impor lagi tahun ini, beli saja garam petani dalam negeri
Untuk mengantisipasi persoalan anjloknya garam, Dinas Perikanan dan Kelautan sudah menyarankan kepada para petani untuk bergabung ke koperasi.
"Koprasi bisa membantu para petani untuk mendapatkan modal produksi maupun membeli hasil produksi petani di saat harga tengah anjlok seperti saat ini. Dengan begitu, para petani tetap ada modal untuk memproduksi garam maupun untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya," kata Gatot.
Diversifikasi pasar
Tak hanya itu, Gatot juga menyarankan para petani garam Brebes untuk melakukan diversifikasi pasar dan pengoptimalan fungsi tambak. Diversifikasi pasar yang dimaksud adalah supaya petani garam tidak berorientasi untuk menjual garamnya untuk keperluan konsumsi, tetapi juga mencoba menjual garam mereka untuk keperluan industri, contohnya industri farmasi.
Saat ini di Brebes ada sekitar 600-an petani garam dan luasan tambak garam sekitar 570 hektar. Dari angka tersebut baru sekitar 150 petani dengan luasan lahan sekitar 80 hektar yang melakukan diversifikasi pasar. Adapun sisanya bergantung pada pasar garam konsumsi.
"Peluang untuk menjual ke industri itu ada. Kemarin kami sudah menandatangani nota kerjasama untuk menyediakan garam untuk satu perusahaan farmasi. Mereka minta suplai sebanyak 2.000 ton per bulan, tapi kami belum bisa penuhi itu," tutur Gatot.
Menurut Gatot, garam hasil produksi petani Brebes belum semua memenuhi standar mutu produk yang diperlukan oleh industri. Industri meminta suplai garam dengan kandungan Natrium klorida (NaCl) sebesar 97 persen. Sementara itu, rata-rata garam milik petani Brebes baru mengandung NaCl sebesar 94 persen.
Peluang untuk menjual ke industri itu ada. Kemarin kami sudah menandatangani nota kerjasama untuk menyediakan garam untuk satu perusahaan farmasi. Mereka minta suplai sebanyak 2.000 ton per bulan, tapi kami belum bisa penuhi itu
Peningkatan mutu garam bisa dilakukan dengan pelatihan cara pengolahan yang benar. Hal ini akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Brebes secara bertahap.
Adapun untuk pengoptimalkan fungsi lahan tambak dapat dilakukan dengan memanfaatkan tambak untuk memproduksi dua jenis produk berbeda yakni garam dan bandeng. Jika harga garam sedang anjlok, petani garam bisa mencoba menambak bandeng untuk menutup kerugian garam, begitu pula sebaliknya.
Berdaasarkan Kompas (1/7/2019) Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) Muhammad Hasan mengharapkan campur tangan pemerintah untuk mengatasi penurunan harga garam. Hasan menduga ada permainan kartel yang menyebabkan harga garam rakyat terpuruk. Impor garam 3,7 juta ton tahun lalu berlebih dan menyisakan stok hingga saat kini.