Pengerjaan jalan Trans-Sulawesi yang ambles di Kilometer 22, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, dinilai lamban dan tidak tuntas. Proses penimbunan harus dihentikan karena jalan kembali ambles di lokasi yang sama. Akses transportasi sekaligus distribusi air terus terganggu.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KONAWE, KOMPAS — Pengerjaan Jalan Trans-Sulawesi yang ambles di Kilometer 22, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, dinilai lamban dan tidak tuntas. Proses penimbunan harus dihentikan karena jalan kembali ambles di lokasi yang sama. Akses transportasi sekaligus distribusi air terus terganggu.
Hingga Minggu (14/7/2019) siang, jalan utama di Kelurahan Rawua, Sampara, Kabupaten Konawe, ini terlihat ambles hingga kedalaman 2 meter. Di lokasi jalan yang ambles itu, pekerja berusaha memperbaiki pipa PDAM Tirta Anoa Kendari yang kembali rusak. Pipa ini sebelumnya terus mengucurkan air yang ditengarai menjadi penyebab jalan kembali ambles pada Sabtu (13/7/2019) sore.
Ratusan kendaraan pun terjebak macet panjang di kedua sisi jalan yang ambles. Sulistioko (35), pengendara truk, mengatakan sudah tiga jam ia terjebak macet di lokasi jalan ambles yang menjadi akses utama menuju Kota Kendari ini. Waktu selama itu ia biasa gunakan saat membawa muatan dari Konawe ke pelabuhan Kota Kendari.
”Ini sudah berapa lama dikerjakan, tapi tidak selesai-selesai juga. Malah ambles lagi. Kenapa lama sekali prosesnya? Kami yang cari uang dan lewat jalan ini tiap hari terganggu betul,” kata pengangkut dedak ini.
Selama dua minggu amblesnya jalan, tambah Sulistioko, ia mengurangi muatan hingga tiga ton dari biasanya. Jika jalan dalam kondisi normal ia biasa membawa muatan sebanyak 10 ton, sedangkan saat ini hanya 7 ton. Hal itu untuk mengurangi beban jalan, dan agar tidak mengalami kerusakan saat melintasi jalan yang rusak.
Ini sudah berapa lama dikerjakan, tapi tidak selesai-selesai juga. Malah ambles lagi. Kenapa lama sekali prosesnya? Kami yang cari uang dan lewat jalan ini tiap hari terganggu betul.
Selain itu, selama proses pengerjaan jalan ambles berlangsung, ia hanya bisa mengantar barang satu kali dalam sehari. Pada hari ketika jalan tidak ada kendala, ia rutin melakukan pengantaran muatan dua kali dalam sehari.
Ketua Asosiasi Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) Sulawesi Tenggara Mustadjab mengatakan, proses pengerjaan jalan yang tidak kunjung kelar tentu merugikan pengendara. Terlebih lagi, akses jalan ini begitu penting bagi pengusaha logistik dari dan menuju Kota Kendari. Menurut Mustadjab, penyelesaian masalah terkait jalan ini seperti tidak serius. Proses pengerjaan jalan utama berlangsung lama dan terus menemui kendala. Sementara itu, jalan alternatif yang ada tidak kunjung dibenahi.
”Ini saya baru lewat jalan alternatif karena siapa yang mau antre berjam-jam di sana (jalan ambles). Tetapi, di sini juga susah sekali. Truk enam roda saja setengah mati. Mobil pikap muatannya harus diturunkan,” kata Mustadjab. Oleh karena itu, lanjutnya, ia hanya berharap jalan segera diselesaikan. Selain itu, pihak terkait, termasuk pemprov dan pemkab, juga ikut turun tangan membenahi jalan alternatif.
Amblesnya kembali jalan utama jalur Trans-Sulawesi ini memang membuat akses tersendat. Padahal, jalan sepanjang 50 meter ini pertama kali ambles pada Selasa (2/7/2019) pekan lalu, atau telah berlangsung selama hampir dua minggu. Penimbunan terus dilakukan, tetapi kembali ambles dan membuat distribusi terganggu.
Ini saya baru lewat jalan alternatif karena siapa yang mau antre berjam-jam di sana (jalan ambles). Tapi di sini juga susah sekali. Truk enam roda saja setengah mati. Mobil pikap muatannya harus diturunkan.
Fokus jembatan
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XXI Kendari Yohanis Tulak Todingara mengatakan, pihaknya saat ini terus bekerja untuk menyelesaikan pengerjaan jalan yang kembali ambles. Pekerjaan akan difokuskan pembuatan jembatan bailey agar jauh lebih kuat dibandingkan timbunan tanah.
Menurut Tulak, dalam satu atau dua hari ke depan jembatan akan segera dipasang di lokasi jalan ambles. Meski demikian, pengerjaan jembatan itu tetap tergantung selesainya pekerjaan pipa utama PDAM yang kembali bocor.
”Sebelumnya sudah ditimbun, tetapi pipa PDAM kembali bocor sehingga jalan ambles lagi. Kami berupaya kerja terus di sini bersama PDAM, kepolisian, sejak hari pertama. Kalau dinilai lamban ya itu penilaian orang dari luar saja karena kami kerja sampai tengah malam,” kata Tulak.
Damin, Direktur PDAM Tirta Anoa Kendari, menjanjikan, pekerjaan pipa kali ini bisa jauh lebih cepat dari pengerjaan pipa yang sama sebelumnya. Total waktu pengerjaan pipa beberapa waktu lalu memakan enam hari pengerjaan. Selama enam hari itu, distribusi air ke sekitar 15.000 pelanggan di Kota Kendari terhenti.
”Kami usahakan tiga hari sudah kelar biar pelanggan bisa terlayani lagi. Kalau dilihat ada dua pipa yang harus diangkat lalu disambung kembali. Setelahnya, kami akan beri penyangga dari pipa berukuran 24 inci juga. Yang kami butuhkan adalah crane untuk mengangkat pipa dari Kota Kendari ke sini dahulu,” ujarnya.
Damin menjelaskan, bocornya kembali pipa berukuran 24 inci itu akibat labilnya kondisi tanah, dan beratnya beban tonase alat berat yang bekerja di atas timbunan. Padahal, pipa tersebut sebelumnya telah dibuatkan penyangga dari pipa berukuran 12 inci. Ini karena tanahnya sangat labil, lalu tonase di atasnya sangat berat.